Sejarah Suku Kajang, Penjaga Hutan Terbaik di Dunia

Washington Post menyebutkan kalo Suku Kajang yang berasal dari sulawesi selatan ini jadi suku penjaga hutan hujan terbaik loh.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Merusak lingkungan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap ajaran Tuhan dan Ammatoa, yang dianggap sebagai penyedia kehidupan bagi Suku Kajang. Kearifan lokal dan aturan adat memainkan peran sentral dalam pandangan mereka terhadap perilaku manusia terhadap alam. Melanggar aturan tersebut bukan hanya melanggar norma adat, tetapi juga dianggap sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang mereka anut.

Filosofi Manusia

Suku Kajang, dengan kekayaan adat dan kepercayaan mereka, membentuk tata tertib yang mengatur hubungan mereka dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Tata tertib ini menjadi landasan hidup, membimbing kehidupan sosial mereka sesuai dengan perintah Tuhan.

Dua dimensi utama yang membentuk perilaku Suku Kajang adalah dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, sementara dimensi horizontal mengatur interaksi dengan sesama manusia.

- Advertisement -

Mereka meyakini bahwa hidup sebagai makhluk sosial melibatkan pemenuhan hak dan kewajiban terhadap orang lain. Hubungan antarmanusia harus didasarkan pada prinsip memberi manfaat dan kebaikan. Kewajiban sosial, menurut pandangan mereka, melibatkan segi memberi dan menerima manfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

Suku Kajang memandang hubungan manusia dengan alam semesta sebagai aspek penting dalam kehidupan. Kepercayaan mereka terhadap alam semesta terbagi dalam empat unsur utama: unsur tentang Tuhan, unsur tentang Roh yang berkaitan dengan hari akhir, unsur etos kerja dan etika, dan unsur asal-usul terjadinya alam semesta.

Dengan menjaga aturan-aturan ini, Suku Kajang meyakini bahwa manusia dan alam memiliki hubungan saling ketergantungan. Manusia membutuhkan alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, dan sebaliknya, alam memerlukan manusia untuk menjaganya agar tetap lestari. Pandangan ini mencerminkan kesadaran tinggi mereka akan pentingnya menjaga harmoni dengan Tuhan, sesama, dan alam.

- Advertisement -

Kearipan Lokal dan Penataan Ruang

Suku Kajang, dalam segala aspek kehidupan mereka, menitikberatkan pada konsep “pasang” sebagai sumber tata tertib hidup. Konsep ini tidak hanya mencakup penataan fisik ruang, seperti pola perkampungan dan perumahan, tetapi juga melibatkan aspek manusia yang memainkan peran penting dalam pengaturan ruang.

Baca Juga :  Tari Pabbitte Passapu, Kisah Karaeng Kajang saat Meminang Putri Cantik

Pasang ri Kajang menjadi pedoman utama dalam mencapai tujuan penataan ruang, yang melibatkan pengaturan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Seluruh kalimat dan simbol-simbol dalam pasang memerlukan interpretasi budaya yang baik, dan Suku Kajang memahami bahwa simbol-simbol tersebut berkaitan erat dengan kearifan lokal dalam mengelola lingkungan atau ruang.

Simbol-simbol yang terdapat dalam pasang selalu terkait dengan kearifan lokal untuk menjaga keselarasan dengan alam. Ammatoa, pemimpin tertinggi mereka, mengungkapkan prinsip ini dengan jelas, “Bila kamu merusak hutan, sama artinya kamu merusak dirimu sendiri.”

- Advertisement -

Sebagai masyarakat Tana Toa, tanah kebersahajaan mereka, Suku Kajang memandang tata cara pergaulan yang sopan dan santun sebagai hal yang sangat penting. Beberapa adat istiadat mencerminkan nilai-nilai tersebut, antara lain:

Adat Istiadat Dalam Bertutur Kata

Dalam pandangan Suku Kajang, penciptaan mereka adalah untuk saling menghargai, baik antara sesama suku maupun dengan masyarakat yang tinggal di tempat-tempat berbeda. Mereka menganggap berbicara kasar sebagai pelanggaran serius, dan perilaku tersebut akan mendapat celaan dari sesama Suku Kajang. Bertolak pinggang dalam berbicara dianggap sebagai pantangan besar.

- Advertisement -