Sejarah Masjid Kuno Bayan Beleq, Masjid Pertama di Pulau Lombok

Pulau Lombok, yang terletak di Nusa Tenggara Barat (NTB), sering disebut sebagai Pulau Seribu Masjid. Sebagai pulau dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Lombok memiliki sejumlah tempat ibadah yang telah berdiri selama ratusan tahun.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Sejarah Masjid Kuno Bayan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Masjid Kuno Bayan Beleq diidentifikasi sebagai masjid pertama yang berdiri di Lombok. Masjid ini telah berdiri sejak awal perkembangan Islam di Lombok, diperkirakan sekitar abad ke-15.

Ada beberapa versi yang berkembang mengenai sejarah berdirinya Masjid Kuno Bayan Beleq. Salah satunya adalah versi yang menyebutkan bahwa masjid ini didirikan sekitar saat kedatangan pengikut Sunan Kalijaga yang bernama Sunan Pengging ke Lombok.

Masjid Bayan Beleq didirikan oleh seorang penghulu yang bernama Titi Mas Penghulu, yang konon menjadi orang pertama yang memeluk agama Islam di Bayan. Versi lain dalam sejarah menyebutkan bahwa pembangun masjid ini adalah Syeh Gaus Abdul Razak, seorang penyebar agama Islam di Bayan. Menurut versi ini, Masjid Kuno Bayan Beleq dibangun sekitar abad ke-16.

- Advertisement -

Bangunan masjid kuno Bayan Beleq terletak di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat. Dinamai sesuai dengan lokasi keberadaannya di dusun Bayan Beleq (dalam bahasa Sasak, “Beleq” berarti besar). Secara geografis, Desa Bayan terletak pada 8°15′ LS dan 116°2′ BT, dengan ketinggian 278 meter di atas permukaan laut.

Lokasi bangunan masjid kuno ini berada tepat di tepi jalan raya lingkar utara Pulau Lombok, mudah diakses dengan berbagai jenis kendaraan. Dari ibu kota Provinsi, jaraknya sekitar 80 km. Bayan adalah kota kecamatan yang terletak di ujung utara Pulau Lombok.

Desa Bayan memiliki luas wilayah sekitar 8700 hektar, merupakan daerah perbukitan dengan latar belakang Gunung Rinjani di sebelah selatan. Alam sekitarnya mencakup lahan persawahan, ladang, tegalan, dan hutan di bagian selatan. Tanah di sekitar wilayah desa umumnya subur, meskipun sebagian wilayahnya tampak kering pada musim kemarau karena irigasi teknis yang belum merata.

- Advertisement -
Baca Juga :  Pulau Siompu dan Kemilau Mata Birunya

Kondisi alam yang didukung oleh gunung dengan hutan lindungnya, pemandangan laut, serta sumber air yang memadai menjadikan wilayah ini ideal untuk pengembangan. Oleh karena itu, Bayan telah berkembang menjadi daerah dengan populasi terbesar di bagian utara Pulau Lombok, dan sudah dikenal di dunia luar sejak beberapa abad yang lalu.

Masjid Bayan Beleq terletak di atas tanah dengan topografi yang tidak rata. Bangunan intinya berada di bagian tanah yang paling tinggi. Di sekitarnya terdapat beberapa makam, yang konon merupakan tempat peristirahatan terakhir para tokoh penyebar agama Islam di Bayan.

Bentuk denah bangunan masjid Bayan Beleq adalah bujur sangkar, dengan panjang sisinya mencapai 8,90 meter.

- Advertisement -

Terdapat empat buah tiang utama (saka guru) yang menjadi ciri khasnya. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu nangka, berbentuk bulat (silinder), dengan garis tengah mencapai 23 cm, dan tinggi sekitar 4,60 meter.

Keempat tiang utama ini berasal dari empat desa (dusun) yang berbeda, yaitu: Tiang sebelah tenggara berasal dari desa Sajang Sembilok; Tiang sebelah timur laut berasal dari desa Tereng; Tiang sebelah barat laut berasal dari desa Senaru; Tiang sebelah barat daya berasal dari desa Semokon.

Jumlah tiang keliling pada masjid Bayan Beleq berjumlah 28 buah, termasuk dua buah tiang mihrab. Tinggi rata-rata tiang keliling adalah 1,25 meter, sedangkan tinggi tiang mihrab adalah 80 cm.

Selain berfungsi sebagai penyangga atap pertama, tiang-tiang ini juga digunakan sebagai tempat menempelkan dinding yang terbuat dari bambu yang dibelah dengan cara ditumbuk, yang dikenal sebagai “Pagar Rancak“.

Secara khusus, dinding bagian mihrab terbuat dari papan kayu suren yang berjumlah 18 bilah. Perbedaan bahan untuk dinding ini memiliki makna simbolis, menunjukkan bahwa tempat kedudukan imam (pemimpin) berbeda dengan makmum (pengikut atau jamaah). Meskipun tempat duduknya berbeda, namun keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan saling terhubung.

Baca Juga :  Gua Passea Bulukumba, Situs Purbakala Sebelum Masehi
- Advertisement -