Sejarah Suku Kajang, Penjaga Hutan Terbaik di Dunia

Washington Post menyebutkan kalo Suku Kajang yang berasal dari sulawesi selatan ini jadi suku penjaga hutan hujan terbaik loh.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Tiga pilar utama dalam kepercayaan Patuntung adalah Tuhan, tanah, dan nenek moyang. Keyakinan pada Tuhan, yang mereka sebut sebagai Turie’ A’ra’na, mencakup pemahaman bahwa Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, Mahakekal, Mahamengetahui, Mahaperkasa, dan Mahakuasa. Tuhan memberikan petunjuk hidup, disebut pasang, kepada Suku Kajang melalui Ammatoa, manusia pertama dalam komunitas mereka.

Pasang bukanlah sekadar perintah, melainkan panduan dalam setiap aspek kehidupan. Diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi, Suku Kajang dianggap berkewajiban mematuhi pasang tersebut. Mereka meyakini bahwa melanggar pasang akan membawa berbagai bencana dan kesulitan dalam hidup.

Filosofi yang mereka anut adalah “kalau kita jongkok, gugur rambut, dan tidak tumbuh lagi. Kalau kita langkahi, kita akan lumpuh.” Filosofi ini mencerminkan keyakinan akan konsekuensi yang akan diterima apabila mereka menyimpang dari petunjuk Tuhan.

- Advertisement -

Ammatoa, sebagai pemimpin tertinggi Suku Kajang, dianggap sebagai penghubung antara manusia dan Tuhan. Legenda menyebutkan bahwa Ammatoa adalah manusia pertama yang turun ke pemukiman mereka, membawa panduan hidup dan mendirikan komunitas Suku Kajang. Lokasi ini diakui sebagai Tanah Toa, tempat pertama kali Ammatoa mendarat dan membentuk pemukiman.

Mitologi ini juga merinci bahwa Ammatoa turun ke pemukiman dengan mengendarai burung Kajang, yang dianggap sebagai cikal bakal terciptanya manusia. Cerita ini menjadi dasar keyakinan bahwa Suku Kajang adalah yang paling diutamakan oleh Tuhan di antara semua manusia yang diciptakanNya.

Kepercayaan Suku Kajang terhadap Ammatoa tidak hanya sebatas mitos, melainkan dihayati sebagai realitas. Tanah Toa, tempat pertama kali Ammatoa mendarat, dianggap sebagai warisan tertua yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka. Oleh karena itu, Suku Kajang menjunjung tinggi ajaran dan petuah Ammatoa sebagai pedoman hidup sehari-hari.

- Advertisement -
Baca Juga :  Tari Payung Minangkabau Mengisahkan Cinta dan Kasih Sayang

Filosofi Alam

Sama seperti masyarakat adat Indonesia lainnya, Suku Kajang memegang teguh prinsip menjaga hubungan harmonis dengan alam. Meskipun tanpa pengetahuan formal dan hidup sederhana tanpa teknologi canggih, Suku Kajang memiliki pemahaman mendalam tentang cara berinteraksi dengan alam, khususnya hutan yang menjadi bagian integral dari kehidupan mereka.

Suku Kajang menghormati dan melibatkan diri secara bijaksana dengan sumber daya alam, memahami bahwa eksploitasi berlebihan tidak seharusnya dilakukan. Sebaliknya, mereka melihat hutan sebagai mitra hidup mereka yang harus dijaga dan dihormati. Kesadaran ini timbul dari keyakinan mereka pada Sang Maha Berkehendak dan penghargaan terhadap sakralitas alam.

- Advertisement -