Ritual Sawah Suku Kluet, Wujud Rasa Syukur

Upacara adat ini berasal dari suku Kluet yang mendiami beberapa daerah di wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Kenduri ini sendiri bertujuan untuk menikmati hasil panen.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Ritual Sawah Suku Kluet. Upacara adat ini berasal dari suku Kluet yang mendiami beberapa daerah di wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Mereka masih mempertahankan upacara adat yang diselenggarakan oleh petani selama mengerjakan lahan pertanian. Setiap proses pertanian seperti awal benih padi ditanam hingga masa panen akan ada upacara adatnya masing-masing.

Pada saat kali pertama turun ke sawah, petani Suku Kluet akan mengadakan upacara yang biasa disebut dengan Kenduri Ule Lhueng atau Babah Lhueng. Kenduri ini digelar pada saat air yang akan mengairi sawah dimasukkan ke dalam alur. Dalam prosesinya, biasanya akan ada pemotongan hewan kerbau. Kenduri ini dilakukan secara besar-besaran di area alur sawah.

Pada saat padi sudah berumur satu hingga dua bulan, Suku Kluet menggelar Kenduri Kanjipada. Berbeda dengan kenduri sebelumnya, Kanjipada dilakukan secara sederhana dengan membawa bubur ke sawah.

- Advertisement -

Meski begitu, pengantaran bubur ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan, namun harus dipimpin oleh kejurun belang atau juru biyo yaitu pemimpin yang mengurusi bidang pertanian.

Tradisi ini dilanjutkan dengan Kenduri Sawah, yang dilakukan pada saat padi sudah berisi atau membunting. Adapun kenduri ini memiliki penyebutan yang berbeda di beberapa daerah di Aceh. Misalnya, di Aceh Besar biasa dikenal dengan Keunduri Geuba Geuco di tempat yang dianggap kramat, Kenduri Adam di Aceh Utara, serta di daerah Aceh Pidie ada Kenduri Dara Pade.

Tidak hanya itu, saat padi sudah dipotong atau menuai, dilakukan kenduri pade baro. Kenduri ini dilaksanakan secara sederhana oleh masing-masing petani di rumah mereka untuk mengambil berkah. Kenduri ini sendiri bertujuan untuk menikmati hasil panen.

- Advertisement -

Suku Kluet adalah pemeluk agama Islam yang teguh. Jadi, upacara-upacara yang digelar tersebut bukan persembahan untuk dewa-dewa, melainkan wujud doa dan rasa syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah.

Baca Juga :  Tari Kafuk, Budaya Pencair Suasana dari Tambrauw yang Magis

Adapun secara etnis, orang Kluet termasuk dalam rumpun Batak, yaitu Batak Utara. Bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Kluet adalah bahasa Alas-Kluet, yang dikategorikan sebagai bagian dari bahasa Batak. Bahasa Kluet sendiri terbagi menjadi tiga dialek, yaitu dialek Paya Dapur, Manggamat dan Lawe Sawah. Ritual Sawah Suku Kluet.

- Advertisement -