Tradisi Makepung dan Festival yang Meriah

Tradisi Makepung dilakukan setiap tahunnya di Sirkuit Subak Maertakara yang terletak di Desa Manistutu, kecamatan Melaya, Jembrana, Bali. 

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Indonesia terus memberi kejutan untuk banyak negara. Bagaimana tidak, negara yang segalanya ada ini jadi primadona dengan kekhasan yang bikin iri. Salah satunya tradisi Makepung yang kini menjadi salah satu ajang perlombaan.

Apa Itu Tradisi Makepung?

Makepung adalah salah satu tradisi khas Bali dalam bentuk atraksi kerbau dan dilaksanakan di area tanah yang keras. Pada dasarnya, tradisi ini adalah lomba mengadu kecepatan kerbau dalam berlari dengan menarik lampit atau alat perata tanah.

Istilah Makepung sendiri berasal dari bahasa Bali yang artinya balapan atau pacuan untuk mencapai garis akhir (garis finish). Pertama kali muncul pada tahun 1930, atraksi makepung terus berkembang.

- Advertisement -

Di tahun 1960, dibentuk sebuah organisasi Makepung yang terdiri atas dua kelompok yaitu Regu Ijo Gading Timur yang berada di sebelah timur sungai Ijo Gading dengan lambang bendera warna merah dan Regu Ijo Gading Barat yang berada di sebelah barat sungai Ijo Gading dengan bendera warna hijau.

Lalu, di tahun 1970, tradisi Makepung mulai dijadikan sebuah festival dan penyelenggara lomba mengubah aturan serta ketentuan untuk lomba tersebut. Misalnya, kerbau yang awalnya hanya seekor untuk mengikuti Makepung sekarang menjadi dua atau sepasang.

Selain itu, kereta atau gerobak yang akan ditunggangi joki awalnya berukuran besar tetapi saat ini sudah diganti dengan ukuran yang lebih kecil. Kerbau juga dipasangi berbagai hiasan dan mahkota di atas kepalanya. Bendera hijau atau disematkan di cikar masing-masing kelompok.

- Advertisement -

Tradisi Makepung menunjukkan sistem gotong royong di antara para petani di daerah Jembrana. Biasanya pada awal masa tanam para petani akan mengisi kegiatan di sawah dengan adu kekuatan kerbau miliknya dalam menarik bajak.

Baca Juga :  Angklung Buhun Baduy dan Nilai Sakralnya

Masing-masing bajak ditarik oleh seekor kerbau yang ditunggangi oleh seorang joki (biasanya petani pemilik kerbau itu sendiri). Setelahnya, tradisi Makepung semakin banyak diminati sehingga petani di daerah tersebut mengembangkan dan memanfaatkan tradisi tersebut sebagai atraksi budaya yang menarik banyak wisatawan untuk menyaksikannya.

Tradisi Makepung dilakukan setiap tahunnya di Sirkuit Subak Maertakara yang terletak di Desa Manistutu, kecamatan Melaya, Jembrana, Bali. Sebagai bentuk kerjasama dan kegiatan gotong royong di antara para petani, tradisi dilakukan saat mulai memasuki masa ganti cocok tanam.

- Advertisement -