Rangkaian Ritual Wulla Poddu, Kepercayaan Asli Masyarakat Sumba yang Berarti Bulan Pahit

Bagaimana proses dari ritual Wulla Poddu yang dipercaya sebagai media untuk memberikan pedoman hidup bagi masyarakat Sumba?

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Marapu adalah salah satu kepercayaan atau agama asli nusantara yang telah lama ada dan dianut oleh masyarakat atau penduduk asli Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Disebutkan bahwa orang Sumba yang tidak menganut enam agama resmi di Indonesia maka mengakui dirinya sebagai orang Marapu. Rangkaian Ritual Wulla Poddu.

Marapu disebut memiliki kepercayaan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur. Tujuan utama dari pemujaan yang dilakukan oleh agama Marapu pada dasarnya bukan semata-mata ditujukan kepada arwah leluhur itu sendiri, tetapi kepada Sang Maha Pencipta.

Mereka berkeyakinan jika manusia hendak berhubungan dengan Sang Pencipta, maka harus memakai perantara atau media, yaitu Marapu atau arwah nenek moyang. Sang Pencipta akan menyampaikan keinginan dan jawaban melalui Marapu, kemudian Marapu memberitahukannya kepada manusia melalui media ritual seperti jeroan ayam dan atau babi yang menjadi kurban dalam ritual.

- Advertisement -

Adapun ritual yang dimaksud adalah Wulla Poddu, yaitu ritual paling penting yang digunakan oleh masyarakat penganut kepercayaan Marapu dalam menentukan pedoman atau petunjuk untuk berbagai aspek kehidupan dalam suatu rentang waktu tertentu.

Karena itu, Wulla Poddu telah menjadi ritual yang kerap dilakukan secara rutin dengan salah satu tujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan.

Wulla Poddu mengandung makna Wulla yang berarti Bulan dan Poddu yang berarti Pahit. Sehingga secara harafiah Wulla Poddu berarti bulan pahit karena merujuk kepada kondisi pada bulan tersebut, ada sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh penganutnya dan serangkaian ritual ketat yang harus dijalankan.

- Advertisement -

Bagaimana proses dari ritual Wulla Poddu yang dipercaya sebagai media untuk memberikan pedoman hidup bagi masyarakat Sumba?

Selama melaksanakan ritual Wulla Poddu, masyarakat dilarang untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti bekerja di ladang, tidak boleh merayakan upacara kematian dan acara meriah lainnya.

Baca Juga :  Maballa, Jamuan Tradisional Khas Enrekang

Bukan tanpa alasan, larangan tersebut ditetapkan karena Wulla Poddu dianggap sebagai suatu acara sakral yang tidak dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lainnya.

- Advertisement -

Ritual pertama dibukan dengan Deke Ana Kaleku, yaitu pertemuan antara kedua Rato Rumata atau tetua untuk menentukan kesepakatan waktu kapan rangkaian ritual inti akan dimulai.

Setelahnya terdapat ritual Tubba Rata, yaitu acara yang bertujuan untuk menggambarkan kembali proses terciptanya manusia menurut kepercayaan penganut agama Marapu, kemudian dilanjut dengan Tauna Marapu yaitu salah satu rangkaian ritual yang penting untuk mengundang para leluhur (Marapu) agar mengetahui bahwa Wulla Poddu sudah dijalankan.

Ritual dilanjut dengan Padeddalana, saat di mana para tetua yang terlibat dalam pelaksanaan ritual mengumumkan kepada masyarakat tentang aturan dan larangan-larangan yang harus ditaati selama ritual Wulla Poddu dilaksanakan.

Setelah itu, terdapat kegiatan Pogo Mawo (Potong Pohon Pelindung), yaitu pemotongan sebuah pohon untuk menggantikan pohon mawo (pelindung) yang sudah ada sejak satu tahun sebelumnya, yang dipercaya untuk melindungi masyarakat dari segala macam bencana alam seperti angin puting beliung, kilat, maupun gangguan-gangguan dari manusia dan roh-roh jahat, terhindar dari segala penyakit baik bagi manusia maupun hewan peliharaan.

Ritual dilanjut dengan kegiatan Mu’u Luwa, yaitu kegiatan memakan ubi yang di mana inti dari salah satu rangkaian ritual ini adalah untuk memberkan waktu bagi para tetua untuk bermusyawarah dan menentukan bagaimana proses Wulla Poddu akan berjalan.

Setelah selesai berdiskusi ritual dilanjut dengan kegiatan Tobba Wano, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk membersihkan kampung dari segala roh-roh jahat serta membersihkan segala perbuatan manusia yang tidak baik yang disimbolkan melalui benda-benda seperti abu dapur dan buluh ayam.

Baca Juga :  Kampung Adat Nunungongo, Pesona Wisata Tersembunyi di Rendu
Wulla Poddu
Wulla Poddu. Kayis Fathin/Shutterstock

Belum berhenti sampai disitu, ritual dilanjut dengan Woleka Lakawa yaitu kegiatan pelatihan tarian dan lagu-lagu bagi bagi anak-anak serta orang dewasa untuk pelaksanaan ritual-ritual berikutnya yang melibatkan tarian dan nyanyian, agar tidak terjadi kesalahan.

Disambun dengan tahap Regga Kulla, yaitu acara khusus untuk menjemput tamu dari kampung sebelah yang datang dengan tujuan untuk mengambil bukti perjanjian leluhur bahwa kampung yang bersangkutan harus tetap menjalankan ritual Wulla Poddu.

Setelah penerimaan tamu ada juga kegiatan perkunjungan Dukki Tappe–Toma Lunna, yaitu perkunjungan tetua untuk melaporkan diri kepada leluhur setempat terkait keikutsertaan dalam ritual Wulla Poddu.

- Advertisement -