Kambira Baby Graves, Pemakanam Primitif Khusus Bayi Suku-suku Toraja

Bayi yang meninggal itu diletakan di pohon tarra tanpa menggunakan sehelai kain pun, layaknya saat bayi masih di dalam kandungan ibunya dulu.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Dari kejauhan rimbun pepohonan memang nampak seperti pada umumnya. Keasrian alamnya begitu terjaga. Namun jika melihat lebih dekat, bakal ada nuansa yang berbeda. Pohon-pohon tua berukuran besar itu memiliki tambalan di setiap sisinya. Di lubang tambalan tersebut bersemayam bayi-bayi masyarakat Toraja yang telah tiada. Inilah teknik pemakaman unik setelah kubur batu dan goa yang terkenal di Tana Toraja.

Suku Toraja yang masih menganut Aluk Todolo (kepercayaan terhadap leluhur) akan melakukan tradisi passiliran-sebuah tradisi memakamkan jenazah bayi di dalam pohon- jika seorang bayi mereka meninggal dunia.

Tradisi ini mereka yakini merupakan bentuk pengembalian bayi yang meninggal ke rahim ibunya.  Bayi akan dimakamkan dalam posisi meringkuk di dalam pohon tarra. Tanpa selendang, baju, atau kain kafan. Layaknya si bayi saat berada dalam rahim ibunya.

- Advertisement -

Pohon tarra sendiri merupakan pohon yang sudah ada selama ratusan lalu, sama usianya dengan adat passiliran yang telah dipraktekkan oleh nenek moyang suku toraja. Dari segi ukuran, pohon ini bisa tumbuh  dengan diameter hingga 100 cm. Pohon tarra juga hanya tumbuh dan bisa ditemukan di Desa Kambira, Sulawesi Selatan.

Kambira Baby Graves
Pintu masuk Kambira Baby Graves. INT

Letaknya di tengah hutan yang rimbun oleh kelompok pohon-pohon bambu dan tanaman liar lain. Kini pohon-pohon tarra yang berisi jenazah-jenazah bayi pun dijadikan sebagai objek wisata dan dikenal oleh wisatawan sebagai Kambira Baby Graves.

Pohon Tarra atau pohon sukun memiliki kandungan getah berwarna putih yang banyak. Adat Toraja meyakini pohon inilah yang menjadi pengganti rahim sang ibu. Sedangkan getah pohonnya menjadi pengganti ASI atau air susu ibu.

- Advertisement -

Kepercayaan lainnya bahwa pohon tarra merupakan tempat awal mula perjalanan sang bayi menuju ke akhirat. Karena alasan itulah pohon tarra bagi suku suku Toraja sangat penting dan tidak untuk ditebang.

Baca Juga :  Tradisi Pacuan Kuda di Jeneponto

Untuk satu batang pohon tarra bisa menampung hingga 10 liang bayi, posisi lubang liang dibuat mengikuti arah ke rumah kedua orang tuanya dan semakin tinggi liang ini menandakan tingginya strata sosial kedua orang tuanya.

Prosesi tradisi, mula-mula dengan melubangi pohon tarra sesuai dengan ukuran si bayi. Lalu jenazah bayinya diletakkan. Setelah itu lubang pohon ditutup dengan ijuk. Ditutup tidak begitu rapat, agar udara tetap bisa bersirkulasi ke dalam lubang pohon.

- Advertisement -

Jenazah bayi yang boleh dimakamkan di dalam pohon harus bayi yang meninggal kurang dari enam bulan, belum bisa berjalan, masih menyusui dan belum tumbuh gigi. Orang Toraja meyakini bahwa bayi yang meninggal dalam kondisi tersebut sangatlah suci.

Yang unik, saat melakukan tradisi pemakaman, sang ibu kandung tidak diperkenankan melihatnya dan hingga mencapai waktu satu tahun. Hal ini dilakukan agar sang ibu tidak larut dalam kesedihan yang panjang.

Kambira Baby Graves
Kambira Baby Graves

Sayangnya, tradisi passiliran tak lagi dilakukan sejak tahun 1970-an sejak masuknya berbagai macam agama dan mulai dianut oleh sebagian penduduk suku Toraja. Untuk melihat pemakaman unik ini bisa datang ke Baby Grave Kambira yang berlokasi di Desa Kambira yang berjarak 186 mil dari Ibu Kota Makassar.

Harga masuknya hanya sebesar Rp10.000 dan lokasi pemakaman tak jauh dari pintu masuk. Hanya perlu menuruni anak tangga dan melewati pepohonan bambu yang rindang.

Lebatnya hutan membuat nuansa area pekuburan menjadi lebih mistis. Nampak dari atas ke bawah bertingkat tambalan-tambalan liang pemakaman bayi. Bukan tanpa sebab, penempatan status sosial yang bayi sudah melekat saat mereka lahir. Semakin tinggi derajat keluarganya, maka lubang pohon bayi dimakamkan akan berada semakin tinggi.

Baca Juga :  Ma'Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun

Pemandangan yang tak pernah ada duanya di Tana Toraja. Pohon pohon di Kambira terjaga dengan lestari. Membuat ukuran pohon Tarra tumbuh besar dari umumnya. Meskipun sering dilubangi sebagai tempat pemakaman, pohon Tarra masih mampu untuk hidup seperti pohon normal lainnya. Getah yang ada di dalam pohonlah yang membantu bekas lubang dalam pohon lekas kering seperti semula.

- Advertisement -
WhatsApp Icon Dimensi Indonesia Hadir di WhatsApp Channel Follow