Tradisi Nyadran, Ritual Untuk Para Leluhur Masyarakat Jawa

Nyadran merupakan tradisi Jawa yang masih lekat dalam kehidupan  masyarakat Jawa. Kata Nyadran sendiri berasal dari bahasa Sanskerta "Sraddha" yang berarti Keyakinan. 

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Tradisi Nyadran merupakan tradisi Jawa yang masih lekat dalam kehidupan  masyarakat Jawa. Kata Nyadran sendiri berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” yang berarti Keyakinan. 

Pada awal mula Nyadran sebagai bentuk ritual mendoakan para leluhur yang telah meninggal. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini mengalami proses perkembangan yang memuat bermacan seni di dalamnya.

Nyadran juga dikenal nama lain yaknk Ruwahan, karena pelaksanaan ritual dilkukan pada bulan Ruwah. Berdasarkan sejarah tradisi ini merupakan akulturasi dari budaya Jawa dan Islam. 

- Advertisement -

Pada beberapa narasumber bahwa Nyadran atau Sadranan adalah tradisi yang masih terus dilestarikan oleh orang Jawa pada bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) sebagai bentuk rasa syukur secara kolektif dengan berkunjung ke makam leluhur di tempat mereka. 

Nyadran diartikan sebagai sarana mendoakan para leluhur yang telah lama meninggal dunia. Juga sebagai bentuk pengingat terhadap diri yang masih hidup bahwa semua manusi akan mengalami kematian. 

Makna lain yang juga termuat di dalamnya adalah sarana pelestarian budaya gotong royong, menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan Makan Bersama Kembul Bujono.

- Advertisement -

Dalam pelaksanaan, Tradisi Nyadran terdiri dari beberapa rangkaian kegitan, diantaranya.

  • Besik : yaitu membersihkan makam seperti kotoran atau rumput yang berada disekitar makam secara bersama-sama.
  • Kirab : Yaitu arak-arakan seluruh peserta Nyadran menuju tempat ritual yang akan dilangsungkan.
  • Ujub : Yaitu Salah satu rangkaian upacara adat nyadran ini biasanya dilakukan oleh Pemangku Adat Dengan maksud menjelaskan tujuan selamatan dan menyebutkan siapa saja yang didoakan.
  • Doa : Yaitu Pemangku Adat memimpin doa bersama yang ditujukan kepada roh leluhur yang telah meninggal.

Kembul Bujono dan Tasyukuran

Setelah melakukan doa bersama,  dilanjutkan makan bersama. Masyarakat menggelar acara Kembul Bujono atau makan bersama setiap keluarga yang mengikuti kenduri tersebut harus membawa makanan sendiri.

Baca Juga :  Pasola, Tradisi Pembawa Berkah Bagi Masyarakat Sumba Barat

Makanan yang harus dibawa oleh seluruh peserta dalam ritual ini berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan sebagainya.

- Advertisement -

Dalam tahapan ini, makanan yang dibawah akan diletakan di depan untuk didoakan petua adat agar mendapatkan berkah, setelah itu makanan tersebut saling ditukarkan dan dinikmati bersama sama.

Tata cara pelaksanaan tradisi nyadran tidak hanya sebatas berkunjung ke makam leluhur tetapi memberi nilai-nilai sosial budaya gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar anggota masyarakat.

Dalam perjalanan tradisi ini terdapat pengembangan-pengembangan dalam prosesi Nyadran yakni dengan memasukkan unsur-unsur budaya, salah satunya yakni dengan menampilkan bebagai kesenian khas daerah sebagai unsur pertunjukan. Nyadran sendiri termasuk salah satu tradisi menjelang datangnya bulan Ramadan.

- Advertisement -