Kisah Ta Ina Luhu dari Raja di Negeri Luhu

Kabar tentang kekayaan Negeri Luhu, terdengar oleh penjajah Belanda yang saat itu berkedudukan di Ambon. Belanda berniat untuk menguasai pulau itu. Dengan persenjataan lengkap, Belanda menyerang Negeri Luhu.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Negeri Luhu, Pulau Seram, Maluku. Dahulu dikenal sebagai daerah penghasil cengkih terbanyak. Negeri ini dipimpin oleh Raja Gimalaha Luhu Tuban dan isterinya bernama Puar Bulan. Atas pernikahan mereka dikaruniai tiga orang anak yaitu Ta Ina Luhu, Sabadin Luhu, dan Kasim Luhu. Ta Ina Luhu adalah Puteri sulung Raja yang berparas cantik.

Kabar tentang kekayaan Negeri Luhu, terdengar oleh penjajah Belanda yang saat itu berkedudukan di Ambon. Belanda berniat untuk menguasai pulau itu. Dengan persenjataan lengkap, Belanda menyerang Negeri Luhu.

Raja Luhu dan pasukannya berusaha untuk melawan sehingga peperangan pun terjadi. Perang itu dikenal dengan nama Perang Pongi, ada yang menyebutnya Perang Huamual. Dalam pertempuran itu, Belanda berhasil menguasai Negeri Luhu.

- Advertisement -

Raja Luhu berserta keluarga dan seluruh rakyatnya tewas kecuali sang putri yang ditangkap  dan dibawa penjajah Belanda ke Ambon untuk dijadikan istri panglima perang Belanda.

Setibanya di Benteng Victoria, Ambon, Ta Ina Luhu dipaksa untuk dijadikan istri oleh panglima perang Belanda. Namun dirinya menolak. Akhirnya, ia pun diperkosa oleh panglima. Karena terus-menerus dilakukan demikian, Ta Ina Luhu berusaha untuk melarikan diri. Atas usahanya tersebut, Ta Ina Luhu berhasil dan pergi jauh dari kota Ambon.

Ta Ina Luhu menuju ke Negeri Soya. Negeri Soya sendiri memiliki sembilan negeri kecil atau kampung kecil yang dikuasai dan dipimpin oleh Raja Soya yaitu; Uritetu, Honipopu, Hatuela, Amantelu, Haumalamang, Ahuseng, Pera, Erang dan Sohia yang merupakan tempat kedudukan Raja Soya. Atas persitiwa kehancuran Negeri Luhu, Tan Ina Luhu menetap Istana Soya. Dirinya dilayani layaknya keluarga kerajaan.

- Advertisement -

Beberapa bulan kemudian Putri Ta Ina Luhu melarikan diri dari Kerajaan Soya, hal ini karena diri sedang hamil dan tak ingin merepotkan istana atas apa yang dilakukan oleh panglima perang Belanda saat itu.

Baca Juga :  Melihat Rumah Adat Tuaninu, Sang Penjaga Peradaban

Sang Putri Ta Ina Luhu ingin hidup sendiri dengan keadaannya saat ini. Ia kabur dari Istana Soya dengan menaiki kuda kerajaan. Setelah berjalan jauh, akhirnya Ta Ina Luhu kelelahan dan istirahat. Putri Ta Ina Luhu pun melanjutkan perjalanan dengan berbagai kejadian ajaib yang terjadi.

Tempat ia beristirahat kini menjadi sebuah gunung yang bernama “Gunung Nona”, pada saat ia memacu kuda dengan kencang, topi yang ia gunakan jatuh tertiup angin namun pada saat ia hendak mengambil topi tersebut berubah menjadi batu yang kemudian dikenal sebagai “Batu Capeu”.

- Advertisement -

Selanjutnya, Sang Putri terus menyusuri wilayah pantai Amasuhu dalam keadaan kelelahan akhirnya ia pun memutuskan untuk beristirahat dan meminum air pada sebuah mata air yang hingga kini dikenal sebagai “Air Putri.”

- Advertisement -