Atraksi Bambu Gila, Tarian Penuh Mistis Simbol Kebersamaan

Ketika menyaksikan tarian ini, mungkin terlintas sebuah pertanyaan di benak Sahabat. Bagaimana bisa sebuah bambu bergerak sendiri tanpa disentuh manusia? 

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Tarian Bambu Gila. Kesenian bernuansa mistis yang berasal dari Maluku ini tentunya sudah nggak asing lagi ditelinga Sahabat, kan? Tarian tradisional yang juga dikenal sebagai Bumbu Gila atau Bara Suwen ini, sudah sering ditampilkan di acara televisi nasional.

Ketika menyaksikan tarian ini, mungkin terlintas sebuah pertanyaan di benak, bagaimana bisa sebuah bambu bergerak sendiri tanpa disentuh manusia?

Memiliki nama asli Baramasewel, tradisi tari Bambu Gila ini sudah ada sejak agama Islam dan Kristen belum masuk ke wilayah Maluku. Kala itu, masyarakat Maluku masih mengenal animisme dan dinamisme, sehingga kehidupan mereka kental dengan ritual-ritual leluhur yang berkaitan dengan roh gaib.

- Advertisement -

Dahulu, tarian bambu gila ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, seperti memindahkan kapal yang berat, berperang melawan musuh, maupun pekerjaan berat lainnya. Seiring perkembangan zaman, ritual tersebut perlahan memudar. Kini, tarian tradisional ini dikenal sebagai atraksi seni untuk melestarikan budaya warisan leluhur.

Kesenian tari bambu gila biasanya dibawakan oleh 8 orang, dengan formasi 7 orang sebagai pemain dan 1 orang bertindak sebagai pawang. 7 orang pemain ini, nantinya akan bertugas menahan laju atau pergerakan batang bambu. Sedangkan tugas seorang pawang adalah membacakan mantra, memasukkan roh, dan menjinakkan bambu.

Pertunjukan tari budaya “Bambu Gila” diawali dengan pembakaran kemenyan dan pembacaan mantra oleh pawang. Agar dapat mengundang kedatangan roh gaib yang menggerakkan batang bambu, asap dari pembakaran kemenyan tersebut diembuskan pada batang bambu yang dipegang para pemain. Ritual tersebut akan mengakibatkan bambu terasa makin berat dan bergerak-gerak sendiri.

- Advertisement -

Berbahaya

Ketika pawang meneriakkan kata “gila, gila, gila” atraksi pun dimulai. Pertunjukan ini biasanya diiringi musik perkusi. Semakin cepat irama musik pengiring, maka akan semakin cepat pula pergerakan batang bambu. Para pemain harus berjuang sekuat tenaga untuk menahan pergerakan batang bambu yang dikendalikan melalui asap kemenyan oleh pawang.

Baca Juga :  Memburu Matahari di Puncak Rinjani

Baik pemain, pawang, maupun batang bambu yang digunakan dalam ritual budaya ini tidak boleh sembarangan. Batang bambu yang digunakan dalam tarian ini memiliki diameter 8-10 cm dan panjang kurang lebih 2,5 hingga 3 meter, dengan ruas bambu berjumlah ganjil. Pada kedua ujung bambu, terdapat ikatan kain berwarna cerah. Untuk mengambil batang bambu tersebut dari dalam hutan, juga dilakukan sebuah ritual khusus.

- Advertisement -