Desa Adat Trunyan, Proses Pemakamannya Unik Bali

Area pemakaman dinamakan Sema Wayah dan dianggap tempat pemakaman paling suci, sehingga dikenal sebagai Kuburan Suci. 

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Tradisi pemakaman suatu wilayah pastinya berbeda satu sama lain, dan terlihat unik bagi sebagian orang dari wilayah lain. Pulau dewata Bali terkenal akan kentalnya budaya dan tradisi yang masih dipertahankan oleh setiap warganya. Salah satunya ada di Desa Trunyan

Desa Trunyan Kecamatan Kintamani Bali, terkenal dengan proses pemakamannya yang cukup unik. Tidak seperti desa adat lainnya, dimana jasad manusia yang telah meninggal dikubur atau dikremasi.

Dengan tradisi unik yang dimiliki oleh desa Bali adat Trunyan ini, menjadikannya sebagai sebagai daya tarik wisata yang melengkapi aktivitas liburan dan tujuan tour di pulau Dewata Bali. Bagi wisatawan yang ingin mengenal sesuatu yang anti mainstream tentang budaya Bali, maka tempat ini bisa menjadi tujuan wisata anda selanjutnya.

- Advertisement -

Perlu diketahui terdapat tiga tata cara pemakaman di desa adat Trunyan, tidak semua orang meninggal di desa Trunyan dimakamkan dengan cara Mepasah (jasadnya diletakkan di Sema Wayah) karena tempat tersebut hanya diperuntukkan untuk orang meninggal dengan kondisi tertentu.

Adapun pemakaman Mepasah ini untuk orang meninggal dalam keadaan wajar, sudah berumah tangga, bujangan dan anak kecil yang sudah tanggal gigi susunya. Dan orang meninggal tersebut tidak terdapat luka yang belum sembuh dan semua anggota tubuhnya lengkap.

Area pemakaman dinamakan Sema Wayah dan dianggap tempat pemakaman paling suci, sehingga dikenal sebagai Kuburan Suci.

- Advertisement -
Adat Trunyan
Adat Trunyan

Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka jasad tersebut akan dikubur. Ada dua tata cara penguburan tersebut, anak-anak yang belum tanggal gigi susunya, akan dikubur di area pemakaman Sema Muda.

Sedangkan tempat pemakaman berikutnya adalah Sema Bantas, area pemakaman di Desa adat Trunyan ini untuk mengubur jasad yang meninggalnya karena hal yang tidak wajar seperti karena bunuh diri, kecelakaan, dibunuh orang lain, saat meninggal masih ada luka dibagian tubuhnya dan ada bagian tubuh yang tidak lengkap.

Baca Juga :  Ini Tongkonan Tertua di Toraja, Beratapkan Batu dan Berusia 700 Tahun

Ada juga mitos yang berkembang di masyarakat desa Penelokan, saat pemakaman di area Sema Wayah dengan cara Mepasah. Jasad orang yang selalu berbuat baik maka jasadnya lebih cepat membusuk dibandingkan dengan jasad orang yang sering berbuat dosa.

- Advertisement -

Perlu juga diketahui bagi para pengunjung, dilarang dan pantang bagi pengunjung mengambil sesuatu di pemakaman desa adat Trunyaan ini, apapun bentuknya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi untuk memegang ataupun foto selfie dengan tengkorak di sini tidak dilarang, ada perlunya minta ijin terlebih dahulu dengan bilang permisi.

Rute Desa Adat Trunyan 

Untuk menuju lokasi pemakaman desa adat Trunyan, wisatawan dapat menyewa perahu dari penduduk setempat dari dermaga penyeberangan ada di Desa Kedisan dan Toya Bungkah. Penyeberangan menggunakan perahu bermotor memakan waktu tempuh sekitar 20-30 menit. Selain itu wisatawan juga bisa menggunakan jasa pemandu wisata yang akan memberikan penjelasan lengkap mengenai tata cara pemakaman jenazah masyarakat Desa Trunyan.

- Advertisement -