Tari Payung Minangkabau Mengisahkan Cinta dan Kasih Sayang

Tari payung pernah menjadi sangat terkenal dan populer, baik itu di lingkungan masyarakat lokal Minangkabau ataupun masyarakat Indonesia di berbagai daerah.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Tari payung merupakan salah satu tarian tradisional yang bisa dilakukan oleh penari dalam jumlah yang genap. Penari yang ikut dalam pentas terdiri dari tiga pasangan. Tarian ini mulai terkenal berkat Siti Agam dari Bukittinggi.

Kemudian pada tahun 1960, tarian ini sangat populer. Bukan hanya di dalam masyarakat Minangkabau saja, tapi juga masyarakat yang berasal dari daerah lain.

Tarian ini merupakan tarian yang dalam pementasannya dibawakan oleh para penari yang memiliki jumlah genap. Yaitu terdiri dari tiga orang yang berpasangan. Dulu, awalnya tari payung ditata oleh seseorang bernama Siti Agam yang berasal dari Bukittinggi.

- Advertisement -

Tarian ini pernah menjadi sangat terkenal dan populer. Baik itu di lingkungan masyarakat lokal Minangkabau ataupun masyarakat Indonesia di berbagai daerah. Mayoritas masyarakat menganggap bahwa belum lengkap ke Minangkabau apabila kita belum melihat pertunjukan tarian ini.

Seringkali, tarian ini dipentaskan di dalam paket pertunjukan tari Minangkabau. Itu artinya, tari payung akan ditampilkan sebagai bentuk hiburan atau hanya pertunjukan seni saja. Umumnya, tarian ini dibawakan ketika pembukaan acara yang cukup besar, pameran, maupun bentuk aktivitas penting lainnya.

Tari payung juga tidak kalah terkenal dari tari lain yang ada di Indonesia. Misalnya tari Jaipong dari Jawa Barat, Tari Gambyong dari Jawa Tengah, Tari Yapong dari Betawi, dan tarian lainnya yang sudah ada sejak zaman dahulu.

- Advertisement -

Tarian ini dikenal oleh masyarakat luas bersama dengan terkenalnya tari piring. Seperti namanya, tari ini merupakan sebuah budaya tarian asal Minangkabau yang menggunakan payung sebagai properti utamanya. Tarian ini mengisahkan cinta serta kasih sayang.

Sejarah

Walaupun tidak bisa dipastikan darimana asal mula tarian ini. Akan tetapi terdapat sebuah catatan sejarah yang sudah dianggap valid dan bisa menceritakan perkembangan tari payung.

- Advertisement -
Baca Juga :  Tari Molulo, Simbol Persahabatan Muda-Mudi Suku Tolaki

Sejarah tersebut sangat berkaitan dengan seni drama di masa penjajahan Belanda. Dulu dikenal dengan nama toonel. Drama tersebut adalah salah satu kesenian yang lahir karena adanya pengaruh kelompok seniman yang berasal dari Semenanjung Malaya.

Di dalam pertunjukan drama toonel, terdapat seni komedi yang berasal dari suku Melayu di wilayah Sumatera Barat. Di sebuah pementasan drama toonel, biasanya tarian payung akan dipentaskan sebagai salah satu kesenian pelengkap.

Awalnya, tari payung hanya digunakan sebagai penampilan selingan dari babak ke babak di dalam rangkaian drama toonel. Kemudian pada tahun 1920, melalui beberapa perkembangan drama toonel. Tarian ini telah sukses menjadi semakin terkenal dan mendapatkan sambutan yang positif dari masyarakat Bukittinggi.

Tarian khas dari daerah Minangkabau ini awalnya ditata dalam bentuk tari teater oleh Muhammad Rasyid Manggis. Ia menata tarian tersebut pada tahun 1904 hingga 1920 an.

Lalu, penataan tarian tersebut dilanjutkan oleh Siti Agam yang berasal dari Bukittinggi. Beliau juga dikenal sebagai teman seangkatan Muhammad Rasyid Manggis saat masih sekolah di Normal School di Bukittinggi.

Siti Agam menata koreografi tari payung dengan mengangkat tema pergaulan remaja atau muda-mudi. Apabila dijelaskan lebih detail, tari payung memiliki kisah atau cerita tentang sepasang muda-mudi yang sedang pergi berlibur ke Sungai Tanang. Sungai ini berada di daerah Bukittinggi.

Cerita yang ada di dalam tari payung sudah disesuaikan dengan gambaran kehidupan para remaja yang di hidup di daerah perkotaan dan sudah lepas dari aturan adat yang berlaku. Ada juga hal lain yang menarik dari tarian ini, yaitu semua penari yang melakukan tari payung terkadang semuanya diisi oleh perempuan. Dimana peran yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki diganti dengan perempuan. Termasuk juga pengiring musik dan penabuh musik.

Baca Juga :  Peresean, Tradisi Suku Sasak yang Tak Tergoyahkan Zaman
- Advertisement -