Sirkuit Mandalika dan Kisah Putri Raja

Mandalika atau Mandalike adalah Putri Raja yang juga sangat dicintai rakyat. Berparas cantik, cerdas dan tata kerama yang baik. 

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjadi topik hangat yang sedang dibicarakan masyarakat dunia. Ikon tersohor yang mengharumkan Indonesia di mata negara lain. Sejak dibangunnya Sirkuit Mandalika (Pertamina Mandalika International Street Circuit). Kisah Putri Mandalika.

Mandalika, digadang-gadang sebagai sirkuit terindah karena lokasinya berada di Kawasan pantai selatan Lombok yang terkenal akan pesona memukau di antaranya Pantai Kuta, Seger, dan Tanjung Aan.

Pantai-pantai indah yang bersih, putih dengan garis pantai bergelombang, dan jajaran terumbu karang yang sehat. Pengunjun dapat menikmati suasana sunset yang romantis.

- Advertisement -

Dibalik kemegahan itu semua, sesuatu yang melegenda dan dipercaya adalah Putri Cantik bernama Mandalika.

Kisah Putri Mandalika

Dahulu terdapat sebuah kerajaan bernama “Sekar Kuning” dari Negeri Tonjeng Beru, dipimpin oleh raja bernama Raden Panji Kusuma atau Raja Tonjeng Beru dan istri bernama Dewi Seranting. Raja ini lebih dikenal, atas pimpinannya yang bijaksana, rakyat menjadi hidup makmur dan begitu dicintai rakyatnya.

Mandalika atau Mandalike adalah Putri Raja yang juga sangat dicintai rakyat. Berparas cantik, cerdas dan tata kerama yang baik.

- Advertisement -

Kabar tentang Putri Mandalika juga diketahui oleh pangeran dari berbagai kerajaan di tanah Lombok. Seperti Kerajaan Johor, Kerajaan Lipur, Kerajaan Pane, Kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, dan kerajaan Beru berniat untuk mempersuntingnya.

Karena banyak yang melamar Putri Mandalika, akhirnya sang Raja menyerahkan keputusan kepada sang Putri sendiri. Putri Mandalika memutuskan untuk bertapa mendapatkan petunjuk. Setelah bertapa, putri mengundang seluruh pangeran yang ingin melamarnya untuk berkumpul pada tanggal 20 bulan 10 pada penanggalan Sasak.

Kisah Putri Mandalika
Legenda Putri Mandalika.

Para pengeran diminta berkumpul di Pantai Seger, saat ini dikenal sebagai Pantai Kuta, Lombok, sebelum terbit. Pada hari yang ditentukan para pangeran berkumpul. Saat matahari berada di ufuk timur, putri bersama raja dan ratu serta pengawal datang menemui mereka.

- Advertisement -
Baca Juga :  Mengenal Kandean Dulang, Alat Makan Tradisional Toraja yang Eksklusif

Putri Mandalika terlihat cantik karena menggunakan bahan sutra. Penampilan putri membuat para pangeran makin terpikat.

Kemudian, Putri Mandalika naik ke atas Bukit Seger ditemani pengawal. Dari atas bukit, putri menyampaikan pesan pada semua yang hadir di Pantai Seger. Ia berencana manerima semua pinangan pelamar.

Putri mengambil keputusan tersebut supaya ketentraman dan kedamaian pulau tidak rusak karena persaingan. Sebab, kalau ia menerima pinangan salah satu orang saja maka perselisihan akan terjadi.

Pengumuman tersebut membuat peserta terheran-heran. Selanjutnya, putri menjatuhkan diri ke laut dan hanyut ditelan ombak. Melihat kejadian itu, para peserta berusaha mencari putri, namun putri tidak ditemukan.

Setelahnya, muncul binatang-binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak. Binatang tersebut menyerupai cacing yang amat panjang. Masyarakat setempat menyebutnya nyale.

Perbuatan putri sangat dikenang masyarakat Lombok. Oleh karena itu dibuat Upacara Nyale atau Bau Nyale, upacara dilakukan pada Februari hingga Maret, setiap tahunnya yang bertempat di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah.

Tradisi Bau Nyale di Lombok

Bau Nyale sendiri terdiri dari dua kata, yaitu Bau yang artinya menangkap dan Nyale adalah cacing laut sejenis filumannelida.

Berdasarkan Babad Lombok yang dipercayai masyarakat setempat, tradisi ini telah dilakukan kurang lebih sejak sebelum abad ke-16.

Dalam pelaksanaan Festival Bau Nyale, masyarakat Suku Sasak (Majelis Sasak Lombok) menggunakan perhitungan Rowot, yaitu sistem penanggalan yang memperhitungkan pergerakan bulan, bintang (Pleades), dan matahari.

Tata Cara Tradisi Bau Nyale

Prosesi Bau Nyale diawali dengan sangkep atau pertemuan para tokoh untuk menentukan hari baik (tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak). Penentuan tanggal untuk mengetahui waktu nyale keluar.

Kisah Putri Mandalika
Sirkuit Mandalika

Proses berikutnya dilanjutkan dengan mepaosan, yaitu pembacaan lontar yang dilakukan tokoh adat sehari sebelum pelaksanaan tradisi. Mepaosan dilakuan di bangunan tradisional tiang empat yang disebut Bale Saka Pat.

Baca Juga :  8 Makhluk Mitologi Indonesia, Asal dan Penjelasannya

Pembacaan lontar dilakukan dengan tembang pupuh atau nyanyian tradisional, dengan urutan Pupuh Smarandana, Pupuh Sinom, Pupuh Maskumandang, dan Pupuh Ginada.

Proses tradisi Bau Nyale menggunakan berbagai perlengkapan, yaitu daun sirih, kapur, dua buah gunungan yang berisi jajan tradisional khas Sasak, kembang setaman dengan sembilan jenis bunga, serta buah-buahan tradisional.

Upacara digelar pada dinihari sebelum masyarakat turun ke laut untuk menangkap nyale. Upacara dilakukan para tokoh adat.

Upacara dinamakan Nede Rahayu Ayuning Jagad. Prosesi dilakukan dengan cara para tetua adat berkumpul dalam posisi melingkar dan ditengah-tengahnya diletakkan jajanan dalam bentuk gunungan.

- Advertisement -