Tari legong adalah tarian tradisional khas Bali yang memiliki gerakan kompleks berupa perpaduan antara gerakan penari dengan iringan musik gamelan tradisional Bali.
Bagi para pemerhati seni tari, konon gerakan kompleks dari para penari legong disebabkan oleh adanya unsur gambuh. Gambuh merupakan salah satu tarian tertua yang ada di Bali dan menempati kasta tertinggi dalam seni tari Bali.
Nama tari legong berasal dari kata dalam Bahasa Bali, yaitu “leg” yang berarti gerakan tari yang lues, serta kata “gong” yang diambil dari unsur alat musik tradisional gamelan.
Oleh sebab itu, Tari Legong dapat diartikan sebagai tarian yang gerakannya terikat dengan gamelan atau musik pengiringnya. Biasanya tarian ini dilakukan olek kelompok penari wanita dalam jumlah tertentu.
Makna Tari Legong
Tari legong memuat unsur atau tema tentang nilai keagamaan dan sejarah dalam budaya Bali. Gerakan dalam tarian ini merupakan wujud dari ungkapan rasa syukur dan terimakasih rakyat Bali terhadap nenek moyang yang memberikan keberkahan melimpah untuk keturunannya.
Akan tetapi seiring perkembangan zaman, makna tari legong tidak hanya terbatas pada hal tersebut, namun juga bertransformasi menjadi tarian hiburan sampai tarian penyambutan yang menarik wisatawan.
Dalam pementasan legong, terdapat berbagai unsur atau komposisi yang membuatnya semakin menarik. Komposisi tersebut melibut alat musik, penari, busana, tata rias, dekorasi panggung dan sebagainya.
Dalam sejarahnya, tari legong dimainkan oleh 2 orang gadis remaja yang belum mengalami menstruasi. Penari yang disebut dengan legong akan menari dibawah sinar rembulan di lingkungan keraton. Ciri khas utama dari tarian Bali ini adalah penari yang membawa kipas sebagat alat bantu untuk menari.
Selan dua orang gadis penari utama tersebut, ada pula penari tambahan yang disebut sebagai condong. Perbedaan antara legong dan condong terletak pada kipas yang dibawanya, sebab penari condong tidak membawa kipas ditangannya.
Gerakan Tari Legong
Berdasakan gerakan tari, tarian ini memiliki beberapa eleman yang berasal dari tari gambuh. Terdapat 3 gerakan dasar yang termuat dalam Panititaling Pagambuhan, meliputi Agam, Tandang dan Tangkep.
Agam adalah gerakan dasar penari yang memerankan berbagai macam tokoh. Dalam melakukan gerakan ini, penari dituntut mampu memerankankarakter-karakter dalam cerita tari yang diusung.
Tandang ialah gerakan tari beruapa cara jalan dan gerakan lainnya. Wanita penari legong harus berjalan dan bergerak sesuai iringan gambuh. Gerakan tersebut meliputi ngelikas, ngeleog, nyelendo, nyeregseg, tandang nayog, tandang niltil, nayuh, dan agem nyamir.
Tangkep merupakan gerakan dasar yang berasal dari gabungan ekspresi pendukung. Elemen ini juga disebut mimik wajah ketika penari memainkan kipas saat menari.
Gerakan Mata: Dedeling dan Manis carengu. Gerakan Leher: Gulu Wangsul, Ngurat Daun, Ngilen, Ngeliet, dan Ngotak Bahu. Gerakan Jemari: Nyeliring, Girah, dan Nredeh. Gerakan Saat Memegang Kipas: Nyingkel, Nyekel, dan Ngaliput.
Musik Pengiring
Dalam pementasan tari legong, penari akan diiringi oleh musik gamelan asli Bali, yaitu gamelan semar pagulingan. Berbagai instrument saling mengisi dalam harmonisasi sesuai dengan pakem dalam pegelaran tari, meliputi unsur witama, wiraga, dan wirasa yang baik dan benar.
Busana
Seperti penari tradisional di daerah lainnya, penari legong juga mengenakan kostum dan riasan wajah untuk menambah makna pentas tari. Penari legong akan mengenakan pakaian adat Bali lengkap dengan aksesoris serta pernak pernik, terutama kipas sebagai identitas tarian.
Warna busana tari yang dikenakan sangat khas, yaitu merah, kuning dan ungu serta rangkaian bunga memanjang di dekat mahkota.
Sedangkan riasan wajib yang dikenakan penari adalah kembang goyang dan melati yang tiletakkan di atas kepala. Bunga tersebut akan ikut bergoyang ketika penari melakukan gerakan tarian.
Hanya penari yang disebut legong yang membawa kipas. Sedangkan penari lain yang dinamakan condok tidak membawa kipas. Kipas tersebut akan menambah nilai estetika dalam setiap gerakan yang dimainkan oleh penari.