Weten Rabeng juga memberinya berbagai macam jimat yang akan melindungi Sawerigading selama perjalanannya. Sawerigading dan Weten Rabeng juga saling berjanji bahwa jika nanti mereka memiliki anak, maka anak tersebut akan bersatu dan menjadi pasangan.
Keesokan harinya, setelah semua persiapan dilakukan, Sawerigading berangkat ditemani oleh beberapa abdi setianya. Sawerigading berlayar ke negeri Cina dan tidak akan kembali sebelum memiliki anak laki-laki dari perkawinannya dengan Iwe Chudaik.
Setelah kepergian kakaknya, Weten Rabeng yang bisu naik ke langit dan di langit, dia menikah dengan Remang Rangik. Naskah Lagaligo ini membahas banyak hal, termasuk kabar tentang Batara Lato dan Weten Rabeng yang bernama We Nak.
Perkawinan Sawerigading dan I We Cudai dimulai setelah Sawerigading berlayar. Seperti yang telah diceritakan, ia menghadapi tujuh kali pertempuran di lautan, yang benar-benar terjadi. Setelah tujuh hari tujuh malam berlayar, terjadilah pertempuran pertama melawan banyak Punggawa Guling dari Mancapai. Pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh Sawerigading.
Selanjutnya, ia menghadapi pertempuran sengit melawan Latupu Solok, Latupu Gelang, Latogeng Tanah, Latenr Pulang, Latenr Nywik, dan terakhir melawan Setiabonga Lompeng Raja Jawa, yang merupakan tunangan dari I We Cudai. Semua pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh Sawerigading.
Setelah pertempuran terakhir, Sawerigading mengunjungi I La Pewajo di negeri Wewang Riu. Di sana, ia menerima berbagai nasihat tentang cara mencapai negeri Cina dan hal-hal yang perlu dilakukan setibanya di sana. Singkat cerita, Sawerigading dan rombongannya akhirnya tiba di negeri Cina.
Di negeri Cina, Sawerigading mendengar kabar bahwa raja dan ratu Cina memiliki 15 orang anak, di mana dua putri di antaranya belum menikah, yaitu Wetenri Sekka dan I We Cudai. Di istana negeri Cina, sang ratu melihat keajaiban: matahari bergerak di depan matahari terbit. Ternyata, “matahari” itu adalah kapal I La Wenterang yang mendekati pantai Cina atau Tanah Ukik. Hal ini menjadi pertanda bahwa calon mempelai berdarah putih bagi I We Cudai akan segera muncul, yaitu Sawerigading.
Raja Cina, La Satung Pukik, kemudian mengirim dua utusan untuk bertanya kepada rombongan Sawerigading yang sudah bersandar di pelabuhan. Ia ingin mengetahui tujuan kedatangan mereka.
Jika mereka datang untuk berperang, maka La Satung Pukik lebih memilih menyerahkan uang tebusan. Jika mereka ingin berdagang, maka perdagangan dilakukan sesuai kebiasaan di Cina. Namun, jika mereka mencari pengantin, negeri Cina memiliki dua putri yang belum menikah.
Selama tiga bulan pertama, Sawerigading hanya menjalin hubungan dagang dengan negeri Cina. Saat itu, ia belum yakin apakah I We Cudai benar-benar cantik. Untuk memastikan, Sawerigading mengirim burung bernama I Dundrung Sereng dan beberapa burung lainnya ke istana Cina. Burung-burung tersebut kembali membawa kabar bahwa kecantikan I We Cudai hampir menyerupai adik kembarnya, Wetenri Sekka.
Mendengar kabar itu, setelah berbulan-bulan hanya berada di atas kapal, Sawerigading akhirnya turun ke pelabuhan dan menuju Latanete, istana negeri Cina.
Kami membagi kisah Sureq La Galigo menjadi 6 bagian:
- Sureq La Galigo I : Awal Kisah Epik Terpanjang di Dunia
- Sureq La Galigo II : Asal Mula Tanaman Padi dan Keturunan Batara Guru
- Sureq La Galigo III: Pertempuran di Alam Arwah
- Sureq La Galigo IV: Cinta Terlarang dan Petualangan di Negeri Cina
- Sureq La Galigo V: Cinta, Perang, dan Takdir yang Menentukan
- Sureq La Galigo VI: Kisah Cinta dan Kehidupan I La Galigo
*Mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam kisah dan penulisan nama tokoh dalam tulisan ini