Sop konro memiliki cita rasa yang kaya dari kaldu tulang iga dan bumbu rempah-rempah. Lalu seperti apa Sejarah Sop Konro?
Jika kamu berkunjung ke kota Makassar, jangan lupa untuk mencicipi kuliner tradisionalnya yang kaya rasa ini.
Bumbu-bumbu sop konro yang cukup bervariasi. Berbagai macam rempah seperti ketumbar, pala, kunyit, kencur, kayu manis, cengkih, hingga daun salambagi menyatu dalam gurinya sop. Rasanya menjadi lebih kuat dan tajam.
Sop konro adalah hidangan wajib di Kota Makassar. Kuliner ini biasanya disajikan di acara-acara penting seperti Hari Raya Idulfitri, Iduladha, hingga pernikahan. Sop konro bisa dimakan dengan sepiring nasi hangat, tetapi bisa juga dengan potongan ketupat.
Kata ‘konro’ dalam bahasa Bugis memiliki arti ‘sapi’. Meskipun begitu, konon katanya dahulu bahan utama sop konro adalah daging kerbau. Di Sulawesi sendiri kerbau dianggap hewan yang penting dan konsumsi daging kerbau diperuntukkan untuk acara-acara penting.
Menjelang hari-hari besar, masyarakat Makassar akan melakukan ritual potong kerbau dan mengambil bagian tulangnya dan dibuat pallu konro atau pallu buku (tulang). Kuah pallu konro ini dibuat dengan kacang merah atau campe’ yang dimasak hingga lunak, dihaluskan, dan dicampurkan dalam air kuah.
Akan tetapi, populasi kerbau menurun dan menyebabkan harganya menjadi lebih mahal. Baru pada tahun 90-an masyarakat setempat mengganti bahan utama sop konro dengan menggunakan daging dan iga sapi yang lebih terjangkau.
Beberapa sumber yang lain menyebutkan bahwa sop konro lahir di tahun 1960-an. Pencetus hidangan ini adalah Pak Hanafing, seorang guru yang juga memiliki usaha kuliner. Tenda warung makan sop konro milik Pak Hanafing berada di Lapangan Karebosi, Kota Makassar.
Kini muncul kreasi dari sop konro yakni konro bakar. Konro bakar dibuat dengan bumbu yang sama, tetapi tulang iganya dibakar dan disajikan terpisah dengan kuah rempah-rempah. Sejarah Sop Konro. (*/KK)