Sejarah Kerajaan Majapahit, Awal Berdiri, Masa Kejayaan dan Keruntuhan

Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu Budha terakhir yang berada di Nusantara dan eksis pada abad sekitar 13-16.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Masa Kejayaan Majapahit

Raden Wijaya resmi menjadikan Majapahit sebagai kerajaan pada 10 November 1293. Dia pun menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar Kertajasa Jayawardhana. Pada masa awal Majapahit berdiri ada banyak banget pemberontakan yang terjadi di lingkungan kerajaan dan istana.

Raden Wijaya
Raden Wijaya

Pada masa pemerintahan Kertarajasa, Majapahit tumbuh dan berhasil menguasai Jawa timur sebagian Sumatra Selat Malaka dan sebagai wilayah Malaysia. Ketika Raja Kertarajasa  meninggal tahun 1309 dan kekuasaannya diturunkan ke putranya yang bernama Jayanegara yang berasal dari istrinya yang bernama Dara petak dengan gelar bergelar abhiseka Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara.

Selain mewarisi kerajaan, Jayanegara  juga mewarisi masalah-masalah pemberontakan. Beberapa pemberontakan yang cukup besar yang terjadi di masa pemerintahan Jayanegara diantaranya adalah pemberontakan Gajah Biru pada tahun 1314 dan pemberontakan Kuti tahun 1319.

- Advertisement -

Pemberontakan Kuti lah yang paling berbahaya di dalam sejarah awal Kerajaan Majapahit karena pemberontak bisa mengambil alih kekuasaan di ibukota Majapahit. Berkat bantuan Gajah Mada dan pengawal kerajaan Bhayangkara, Jayanegara pun berhasil keluar dari ibukota yang dikuasai pemberontak dan bersembunyi di Desa Badander.

Setelah Jayanegara dirasa aman dipersembunyian, Gajah Mada pergi ke ibukota dan mencari tahu situasi dan kondisi. Setelah tanya sana sini Gajah Mada jadi tahu kalau sebenarnya pemberontakan itu tidak didukung sebagian besar masyarakat Majapahit pada saat itu.

Karena hal itulah, Gajah Mada bertekad melakukan serangan balik ke para pemberontak. Ketika para pemberontak berhasil ditumpas, Jayanegara pun kembali ke ibukota kerajaan. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai bagian penting kerajaan.

- Advertisement -

Selama memimpin, Jayanegara tidak disukai orang dalam istana. Hal itu karena kebiasannya yang suka menggoda wanita kerajaan.

Baca Juga :  Sejarah Taman Narmada, Miniatur Rinjani Peninggalan Raja Mataram

Jayanegara bahkan diceritakan perna bekeinginan menikahi saudari tirinya, tapi karena pada saat itu tradisi Jawa melarang perkawinan dengan saudara tiri makanya keinginannya ditentang sama para ketua kerajaan.

Dalam naskah Babad yang berasal dari Bali diceritain kalau Jayanegara sering menggoda perempuan terkecuali para istri bawahannya sendiri sehingga dapat julukan kalagemet yang artinya penjahat lemah.

- Advertisement -

Orang-orang di istana Majapahit pun dibuat kesel dengan tingkah Jayanegara yang tidak mencerminkan kebijaksanaan seorang raja sama sekali. Akhirnya pada tahun 1328 Jayanegara, dibunuh sama tabibnya, Ra Tanca sewaktu Jayanegara sedang dioperasi bedah.

Menurut naskah pararaton, Ra Tanca membunuh Jayanegara karena telah melecehkan istrinya. Dalam catatan lain, disebutin kalau otak pembunuhan Jayanegara adalah Gajah Mada untuk menyingkitkan raja yang menurutnya tidak pantas buat memimpin Majapahit dan juga untuk melindungi dua putri kerajaan  dari Nafsu Liar Jayanegara.

Dengan  meninggalnya Jayanegara maka mahkota pemimpinan Majapahit  seharusnya jatuh ke Gayatri atau Sri Rajapatni adalah putri bungsu raja Kertanegara dan salah satu istri Raden Wijaya raja pertama Majapahit (1293-1309), ibu dari Tribhuwanotunggadewi yang menurunkan raja-raja Majapahit selanjutnya,  salah satu orang yang sangat dihormati di lingkungan kerajaan.

Namun Gayatri lebih milih jadi biarawati Buddha dan lelah dengan urusan duniawi. Dia pun  mengangkat putrinya, Tribhuwana Wijayatunggadewi sebagai Ratu Majapahit di bawah pengawasan Gayatri.

Tribhuwana Wijayatunggadewi adalah penguasa ketiga dan Rajaputri/Ratu Majapahit yang memerintah tahun 1328–1351. Dia adalah adik tiri Prabu Jayanegara. Dari prasasti Singasari (1351) diketahui gelar abhisekanya ialah Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani.

Pada masa Ratu Tribuana inilah Gajah Mada diangkat menjadi perdana menteri pada tahun 1336.

Pada saat upacara pengangkatan Gajah Mada sebagai Perdana Menteri disitulah Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal yaitu Sumpah Palapa. Dimana Gajah Mada bersumpah tidak akan makan buah Palapa sebelum beberapa wilayah di nusantara tunduk di bawah kekuasaan Majapahit.

Baca Juga :  Palipuran, Desa Paling Bersih Sedunia yang Menawarkan Kedamaian

Gajah Mada berhasil menaklukkan bali tahun 1343 dan juga mengalahkan Kerajaan Samudra Pasai di Sumatera tahun 1349. Ratu Tribuana Wijaya Tunggadewi berkuasa di Majapahit sampai ibunya  meninggal pada tahun 1350.  Sang ratu turun tahta dan mrnyerahkan Tahta Majapahit ke putranya Hayam Wuruk yang juga dikenal sebagai Maharaja Sri Rājasanagara.

Majapahit di era Hayam Wuruk adalah  Puncak kekuasaan Majapahit. Seluruh Sumatera, Malaysia, Singapura, pesisir Kalimantan dari Bali sampai Pulau Nusa Tenggara, sebagian besar Pulau Sulawesi, kepulauan Maluku sampai sebagian Papua bahkan sampai ke Filipina ada di bawah kekuasaan Majapahit.

Gajah Mada sosok Panglima Majapahit berhasil  menguasai Timur Nusantara. Majapahit dengan armada laut dan pada masa Hayam Wuruk majapahit juga menjalin kerjasama dengan kerajaan luar negeri seperti kerajaan kaya, campak Kamboja, siam Selatan, Burma, Vietnam dan China dalam bentuk  kerjasama perdagangan .

Kerajaan Majapahit
Ratu Tribuana

Tapi ada kerajaan yang dari awal Majapahit berdiri sampai dengan runtuhnya Majapahit tidak pernah bisa ditaklukin, salah satunya kerajaan Sunda, tetangga dari Majapahit.

Majapahit berkuasa di bagian timur pulau Jawa dan di bagian barat ada kerajaan Sunda dan Galuh yang kemudian bergabung jadi kerajaan Sunda. Hayang buruk ingin kerajaan Sunda sebagai salah satu negara bawahan Majapahit.

Caranya dengan mengangkat Dyah Pitaloka Citraresmi atau Citra Rashmi yaitu putri kerajaan Sunda Galu yang terkenal akan kecantikannya buat dijadikan sebagai Ratu. Lingga Buana yang merupakan raja kerajaan Sunda merasa terhormat atas niat itu.

Akhirnya Sang Raja dan rombongan  kerajaan Sunda pergi ke Trowulan ibukota Majapahit. Mereka berkemah di alun-alun Bubat bagian utara Trowulan. Gajah Mada yang masih berambisi untuk melebarkan kekuasaan Majapahit pun menyusun rencana.

Baca Juga :  Masjid Tuo Kayu Jao, Saksi Bisu Syiar Islam di Sumatra Barat

Gajah Mada mendatangi perkemahan kerajaan Sunda dan kemudian memaksa kerajaan Sunda buat tunduk pada Majapahit. Sedangkan Dia Pitaloka yang rencananya dikawinkan dengan Hayam Wuruk cuma dijadiin sebagai selir dan hadiah buat Hayam Wuruk.

Sebagai seorang ayah, Lingga Buana marah kalau putrinya yang cantik cuma dijadiin selir. Pertempuran pun tak terhindarkan. pertempuran ini dikenal dengan sebutan perang Bubat yang  terjadi tahun 1357.

Karena kalau jumlah, seluruh anggota kerajaan Sunda yang datang ke Majapahit dibantai pasukan Majapahit. Sang putri Dyan Pitaloka yang melihat keluarganya dibantai kemudian memilih untuk bunuh diri untuk menjaga kehormatan ayahnya dan kerajaan Sunda.

Penyatuan kerajaan Sunda dengan kerajaan Majapahit akhirnya tidak akan terjadi. Bagi kerajaan Sunda, peristiwa itu adalah hal yang paling menyedihkan karena kehilangan Keluarga Kerajaan dengan cara licik.

- Advertisement -