Tradisi Natoni. Kebudayaan merupakan istilah kunci untuk menyebut seluruh karya cipta yang dihasilkan oleh manusia sejak manusia ada di dunia.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik melalui proses belajar.
Sebagian besar masyarakat mengartikan budaya dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu berkembang dari tahap sederhana menuju tahap yang lebih kompleks.
Jika dilihat dari sudat pandang kebudayaan khususnya adat istiadat, salah satu-nya adalah natoni (tutur adat) dalam budaya atoin meto yang masih ada sampai saat ini.
Tradisi ini berkembang pada masyarakat etnis Dawan yang tersebar di wilayah Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS) dan sebagian Kabupaten Kupang.
Tim peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali yang terdiri dari I Gusti Ngurah Jayanti, I Made Satyananda dan I Made Suarsana melakukan pengkajian mengenai tradisi lisan natoni yang sudah teregistrasi nasional sebagai warisan budaya tak benda dari Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tim peneliti BPNB Bali melakukan penelitian di Desa Letmafo, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Ngurah Jayanti sebagai ketua tim peneliti menjelaskan bahwa pada hakikatnya, Natoni dipahami sebagai ungkapan untuk menyampaikan pesan yang dinyatakan dalam bentuk syair-syair kiasan adat yang dituturkan secara lisan oleh seorang penutur.
Penutur ditemani oleh sekelompok orang sebagai pendamping dan juga sekaligus menekankan apa yang diucapkan oleh seorang Natonis (sebutan untuk penutur).
Natoni dilakukan pada setiap fase-fase atau jenjang kehidupan. Tradisi ini dapat dilihat pada aktivitas pertanian, daur kehidupan (kelahiran, perkawinan dan kematian), pembangunan rumah adat, persembahan terhadap Uis Neno maupun Uis Pah dan lain sebagainya. Pada intinya, semua aktivitas adat didahului dengan melaksanakan tradisi lisan Natoni.
Natoni dilakukan dengan cara berpidato atau juga saling menjawab yang dilakukan oleh beberapa orang. Penggunaan bahasa dalam natoni juga tidak sama dengan penggunaan bahasa sehari-hari.
Bahasa yang digunakan merupakan bahasa suku timor yaitu bahasa dawan yang berciri sastra yang biasanya digunakan pada ritus tradisional yang memiliki makna estetis.
Setiap melakukan Natoni, seorang Natonis akan menyampaikan pesan sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang berlangsung. Misalnya saja dalam aktivitas perkawinan, seorang Natonis akan menyampaikan pesan yang terkait dengan keselamatan kedua mempelai.
Begitu juga dalam melakukan Natoni yang lain seperti misalnya dalam penyambutan tamu, memiliki cara yang penyampaian pesan yang berbeda dengan aktivitas perkawinan. Penyampaian pesan dalam tradisi lisan natoni disesuaikan dengan situasi yang sedang berlangsung.