Mengenal Ragam Ukiran Toraja dan Makna Filosofinya

J.S. SANDE 1988 dalam bukunya menuliskan bahwa ukiran Toraja mengandung arti dan nilai-nilai kehidupan yang berhubungan erat dengan falsafah hidup orang Toraja. Di buku itu dipaparkan bila ukiran Toraja umumnya berupa nasehat-nasehat yang berisi pesan agar masyarakat menjalani hidup dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai serta senantiasa membina persatuan dan kekeluargaan serta takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Nah, ukiran ini pada umumnya diukir pada rumah tongkonan, lumbung dan erong. Semuanya memiliki empat dasar ukiran: Pa’ tedong, melambangkan tulang punggung kehidupan dan kemakmuran. Pa’barre Allo, lambang dari sumber kehidupan.

Pa’Manuk Londong, melambangkan aturan atau norma hukum dan kepemimpinan. Pa’Sussu, melambangkan kesatuan masyarakat Toraja yang demokratis dan kebijakan aturan dasar kehidupan.

Ukiran itu harus ada pada tongkonan utama (induk) dari beberapa tongkonan yang lain (tongkonan layuk atau pakaindoran). Setahu aku ada 125 jenis ukiran Toraja. Setiap ukiran ini mempunyai makna tersendiri.

- Advertisement -

Pa’Barre Allo

musium

Berasal dari Bahasa Toraja, yaitu Barre: Bulatan atau Bundaran dan Allo: Matahari. Pa’Barre Allo berarti ukiran menyerupai matahari yang bersinar terang, memberi kehidupan kepada seluruh makhluk penghuni alam semesta. Dari ukiran ini Masyarakat Toraja percaya bahwa sumber kehidupan dan segala sesuatu yang ada dimuka bumi berasal dari puang matua (Tuhan).

Nah, Ukiran ini diletakkan pada bagian rumah adat yang berbentuk segitiga dan mencuat condong keatas yang dalam bahasa Toraja disebut Para Longa. Ia akan diukir pada bagian belakang dan depan Rumah adat. Ukiran ini biasa diletakkan diatas ukiran Pa’Manuk Londong

 

- Advertisement -

Pa’Manuk Londong

musium

Ukiran menyerupai ayam jantan ini biasanya ada pada bagian muka dan belakang ruma adat toraja pada sebuah papan berbentuk segitiga. Ia biasanya diletakkan diatas ukiran pa’barre allo.

Manuk berarti ayam dan londong artinya jantan. Ukiran ini melambangkan kepemimpinan yang arif, bijaksana, dapat dipercaya, adil dan selalu mengatakan apa yang benar (manarang ussuka’ bongi ungkararoi malilin).

Pa’Tedong

musium

Saat berkunjung ke rumah adat Toraja, perhatikan ukiran pada papan besar teratas (Indo’para) atau dinding dinding penyanggah badan rumah. Ukiran ini biasanya dilukiskan pada bagian itu dan mewakili kerbau, hewan yang diyakini masyarakat Toraja paling tinggi nilai dan statusnya, serta dijadikan standar/ukuran dari semua harta kekayaan.

- Advertisement -
Baca Juga :  Ke’te Kesu, Desa Tertua di Sanggalangi

Ne’ Lingbongan

musium

Limbong berarti danau atau sumber air yang tidak pernah kering, memberi kehidupan dan kesegaran bagi manusia, flora dan fauna di lingkungan sekitarnya.

Ukiran ini menggambarkan orang Toraja yang bertekad memperoleh rezeki dari empat penjuru mata angin (utara, timur, barat, dan selatan), bagaikan mata air yang bersatu dalam satu danau dan memberi kebahagiaan kepada keturunannya.

Pa’ Ulu Karua

musium

Berasal dari dua kata (Toraja) yaitu Ulu: Kepala, dan Karua: Delapan. Menurut mitos orang Toraja, dahulu kala ada delapan orang Toraja yang masing-masing menurunkan ilmu pengetahuan menyangkut kehidupan manusia dan dunianya.

Kedelapan orang inilah yang merupakan penemu ilmu pengetahuan yang diturunkan kepada anak cucu turun-temurun. Ilmu pengetahuan inilah yang dikembangkan manusia dari masa kemasa hingga saat ini, antara lain

Pa’ Ulu Karua berarti orang yang mempunyai untuk berbaur dengan orang lain. Makna ukiran ini adalah orang Toraja mengharapkan dalam rumpun keluarga mereka, muncul orang yang memiliki ilmu yang tinggi dan berguna untuk kepentingan keluarga dan masyarakat.

Pa’ Talinga

musium

Talinga Artinya telinga. Telinga adalah salah satu alat indra manusia yang berfungsi untuk mendengar. Maknanya adalah agar semua hal yang kita dengar, baik dan buruk dapat memberi hikmah dan pelajaran dalam mengarungi kehidupan.

Pa’ Re’po Sangbua

musium

Berasal dari dua kata (Toraja) yaitu : Re’po : Menari lincah sambil melipat lutut membentuk siku-siku, Sangbua : Tunggal. Ukiran ini berupa garis siku-siku serong yang berlapis-lapis yang membentuk satu kesatuan. Bentuk biasanya pada lumbung di sekeliling balok pelintang tumbuan dinding yang dalam bahasa Toraja disebut Samborinding. Ia melambangkan kebersamaan dan kegotongroyongan masyarakat Toraja.

Pa’ Kapu’ Baka

musium

Baka berarti Bakul dan Kapu baka berarti pengikat bakul, tempat menyimpan harta kekayaan rumah. Jadi, ukiran yang mirip simpul-simpul penutup bakul (baka) yang merupakan tempat menyimpan harta orang toraja jaman dulu sebelum ada peti atau lemari.

Baca Juga :  Mantaa Duku’, Sistem Pembagian Daging Korban Upacara Rambu Solo

Nah, simpul yang terbuat dari tali dibuat sangat rapi hingga ujung simpulan tidak terlihat. Jika simpul telah berubah berarti ada yang sesuatu dari dalam bakul itu.

Ukiran ini melambangkan kekayaan dan kebangsawanan, sedangkan simpul rahasia pada ukiran melambangkan kepemimpinan pemilik rumah yang sukar ditiru orang lain dan pandai memelihara rahasia keluarga

Pa’ Ulu Gayang

musium

Ukiran yang menyerupai kepala (ulu) keris emas (gayang) ini menggambarkan laki-laki toraja yang mulia, kaya, bijaksana dan dari golongan bangsawan.

Pa’ Bombo Uai

musium

Ukiran ini menyerupai binatang air angang angan (Bombo Uai) yang dapat bergerak meniti diatas air dengan halus dan sangat cepat. Nah, Pa’ Bombo Uai mengingatkan kita untuk lebih bijak meniti kehidupan, Lincah, cekatan, cepat dan tepat seperti bombo uai. Selain itu, ukiran ini juga berarti manusia harus mempunyai keterampilan dan kemampuan yang cukup dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Pa’ Bulu Londong

musium

Di toraja ada pepata yang mengatakan, ayam dikenal karena tingkah lakunya. Ukiran yang menyerupai rumbai ayam jantan ini melambangkan keperkasaan dan kewibawaan yang menyertai seorang pemimpin dan lelaki pemberani.

Pa’ Daun Paria

musium

Paria berarti pare. Tanaman yang punya rasa pahit ini dapat dijadikan sayur dan obat berbagai penyakit. Maknanya, kadang sesuatu yang pahit adalah obat yang menyembuhkan, begitupun teguran atau nasehat yang harus diterima walaupun menyakitkan namun akan membawa kebaikan.

Ukiran ini melambangkan kesejahteraan dan kekayaan masyarakat Toraja, pa’ kapu’ baka juga melambangkan kebangsawanan.

- Advertisement -