Filosofi Kue Apem dan Nilai Budaya Didalamnya

Kue apam atau apem adalah salah satu kue tradisional yang masih dipertahankan hingga saat ini dan masih sering disajikan di berbagai acara.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Filosofi Kue Apem. Kue yang terbuat dari tepung beras, gula, ragi instan, dan tape singkong ini memiliki rasa yang manis berbentuk bulat warna putih, sekilas bentuknya menyerupai serabi. Kue apem umumnya disajikan dengan bahan pelengkap seperti gula merah yang sudah dilelehkan. Namun seiring perkembangan zaman kue apem banyak variannya.

Kudapan manis legendaris dan sangat populer di beberapa daerah di Indonesia ini tidak hanya terasa lezat, tetapi juga menyimpan nilai historis dan nilai budaya yang menarik. Maka dari itu, tidak heran jika kue apem memiliki makna filosofis yang dalam.

Nilai Budaya

Selain nilai historis, kue apem juga menyimpan nilai budaya. Nilai budaya ini erat dengan jati diri bangsa dan bernilai luhur. Berikut beragam nilai budaya dalam tradisi kue apem yang ada di Indonesia.

- Advertisement -

Tradisi Khanduri Apam di Aceh

Tradisi Khanduri Apam
Tradisi Khanduri Apam, Salah satu Budaya Kue Apem

Bulan Rajab dalam perhitungan hijriyah di Aceh mempunyai makna yang berbeda dari bulan-bulan lainnya. Pasalnya, hanya di bulan Rajab tersebut masyarakat Aceh pada umumnya mengenal dengan buleuen apam.

Kenapa disebut buleuen apam ? Karena, memang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh, bahwa bila buleun apam tiba mereka mengadakan khanduri apam (kenduri apem) atau “ Toet Apam (memasak apem)”. Ini sebuah tradisi yang sudah sangat mengakar dan mempunyai nilai filosofi yang sangat mendalam.

Kegiatan toet apam (memasak apem) dilakukan oleh kaum ibu di desa. Kadang-kadang sendirian, tetapi lebih sering secara berkelompok antara beberapa orang ibu rumah tangga.

- Advertisement -

Bila mencukupi, kenduri apem juga diantar ke meunasah (surau di Aceh) serta kepada para keluarga yang tinggal di kampung lain. Begitulah, acara toet apam diadakan dari rumah ke rumah atau dari kampung ke kampung lainnya selama buleuen Apam (bulan Rajab) sebulan penuh.

Baca Juga :  Nostalgia di Soja Drink, Warung Kopi Kekinian di Mbay

Tradisi ini mampu memupuk nilai kebersamaan di tengah masyarakat saat proses pembuatannya maupun menyantapnya bersama. Sehingga, terciptalah kerukunan di tengah masyarakat.

- Advertisement -