Makna dan Simbol Pakaian Adat Aesan Gede Sumatera Selatan

Pakaian adat Asean Gede melambangkan kebesaran. Biasanya pakaian Adat Asean Gede digunakan pada saat upacara Pernikahan. Asean yang dalam bahasa Palembang memiliki arti yakni baju atau pakaian.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Pakaian Adat Aesan Gede. Budaya merupakan simbol dari hasil pikir yang memungkinkan sesuatu yang hadir dihadapan kita. Salah satu bentuk budaya yaitu benda-benda fisik yang berbentuk konkret, seperti bangunan, pakaian, kapal, piring, gelas dan lain sebagainya.Salah satunya adalah pakaian adat di Indonesia yaitu Asean Gede.

Asean Gede merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang biasa memperlihatkan keanggunan, kemewahan, serta keanggunan. Beberapa busana ini didominasi kan oleh beberapa warna, seperti warna merah dengan benang emas, berasal dari tenun songket dengan unsur gemerlap dan keemasan sesuai dengan sitra Sriwijaya.

Bentuk Pakaian Adat Aesan Gede

Untuk pengantin perempuan dapat memakai Gending Sriwija, yang dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu bagian kepala, tubuh, dan kaki. Pada bagian kepala dapat memakai mahkota yang dilengkapi dengan suri (sisir) pengantin dan cucuk Gelung.

- Advertisement -

Lalu bagian belakang sanggulnya ditancapkan bunga rampe, dan bagian belakang kepala Kelepo setandan. Dsn aksesoris lainnya ada Gandik, kembang ure, anting-anting, sumping. Kemudian pada bagian bahu, terdapat Terate (teratai) penutup bahu yang terbuat dari bahan songket yang berbentuk kelopak teratai mekar.

Dibagian atas teratai diberi kalung kebo, Munggah, dan bagian dalam teratai dipakaikan selempang sawit. Dan bagian atas Baju dapat memakai Dodot yang berbahan songket atau perada, lalu ditambahkan dengan ikat pinggang.

Kain songket berfungsi sebagai busana bagian bawah tubuh. Di bagian ikat pinggang dapat diselipkan kain pelangi atau jumputan. Lalu pada bagian lengan dipakaikan aksesoris Kecak bahu, gelang sempurna, gelang kano, gelang Ulo Betapo, dan gelang gepeng.

- Advertisement -

Dan untuk mempelai pria dipasang kesun yang berbentuk seperti mahkota, dibagian atasnya dihiasi dengan melati dan tebeng malu.

Baca Juga :  Penelitian Budaya Mbay dan Penguatan Histori melalui Peran Mosa Tana Laki Watu

Dibagian badan memakai kalung kebo Munggah dan selempang sawit. Dan untuk bagian tangan memakai gelang kulit bahu, gelang gepeng, gelang Ulo Betapo, dan gelang sempurna. Dengan menggunakan celana yang berbahan sutera dan motif ukel.

Hiasan Asean Gede dari motif hias binatang, motif hias geometris, motif hias tumbuhan. Berbagai ragam hiasan ini sebagai nilai-nilai budaya masyarakat Palembang. Dan pada motif hias geometris terdapat pada kain songket, kalung kebo Munggah, dan gelang.

- Advertisement -

Dan pada motif hias tumbuhan terdapat motif melati, motif hias bunga mawar, motif hias bunga teratai, motif hias cempaka, motif hias tumbuhan menjalar. Dan motif hiasan melati memiliki beberapa hias Terate, Gandik ada pada kesusahan pengantin perempuan, dan motif hiasan bunga teratai ada di kesusahan pengantin laki-laki maupun perempuan.

Lalu Motif hiasan bunga cempaka terdapat cempako limo, Gelung Malang. Dan motif hias mawar ada di kesusahan pengantin laki-laki dan perempuan dan motif hias tumbuhan menjalar terdapat di bagian celana sutera, sementara pada motif hias hias binatang terdapat pada bagian kalung kebo Munggah.

Makna dan Simbolik Pakaian Adat Aesan Gede

Kain Songket

Motif pada pakaian adat ini yaitu motif geometris abstrak murni yang biasa disebut dengan motif tumpal. Motif tumpal adalah motif tertua yang sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Motif ini melambangkan bentuk keramahan dan saling menghormati antara masyarakat Palembang.

Celano Sutera

Celeno sutera adalah sebutan untuk celana sutra, yang berciri khas bordiran bunga bertangkai menjalar.

Dodot

Hampir sama dengan kain songket Dodot juga memiliki motif tumpal dibagian kanan dan kiri. Yang mempunyai arti harapan agar pengantin Palembang bisa jadi pribadi yang selalu ramah dan saling menghormati, menghargai terhadap sesamanya.

Baca Juga :  Maballa, Jamuan Tradisional Khas Enrekang Berusia Ratusan Tahun

Kesuhun pengantin laki-laki

Kesuhun pengantin laki-laki memiliki dua motif yakni pertama, motif Cemen atau kemaluan laki-laki, dan motif bunga mawar yang menggambarkan kesucian dan keagungan keluarga.

Kesuhun pengantin perempuan

Memiliki dua motif yakni motif Cen dan mawar. Motif Cen atau kelamin wanita yang melambangkan penghormatan terhadap wanita. Sedangkan motif mawar sebagai simbol dari matahari dan bulan, yang mempunyai arti bahwa perempuan adalah bentuk nyata yang mempunyai sifat keibuan dengan kelembutan dan kekeluargaan.

Cincin

Perempuan yang sudah menikah bisa dilihat dari cincin yang dipakai.

- Advertisement -