Tradisi lompat batu Nias oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah hombo batu atau fahombo. Batu yang sudah disusun setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 sentimeter harus dilompati oleh semua pemuda Nias yang sudah dianggap dewasa. Selain dipamerkan dalam beragam acara adat, fahombo menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis.
Di Pulau Nias, ketika seorang pria sudah berhasil melakukan fahombo, maka ia sudah matang secara fisik dan kelak akan menjadi samu’i mbanua atau la’imba hor seandainya muncul konflik dengan warga desa lain.
Saking prestisiusnya tradisi ini, keluarga dari pemuda yang berhasil melompati batu, biasanya akan menyembelih beberapa ekor ternak sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan putranya.
Sejarah FahomboÂ
Menurut sejarah, fahombo pertama kali muncul karena seringnya terjadi peperangan antarsuku di Tanah Nias. Kala itu, setiap kampung memiliki bentengnya masing-masing.
Untuk memenangkan peperangan, setiap pasukan harus memiliki kemampuan untuk melompatinya. Karena itulah dibuat tumpukan batu sebagai sarana untuk berlatih ketangkasan para pemuda untuk melompat.
Meski tak lagi dilakukan untuk tujuan perang, fahombo masih tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Nias. Tradisi lompat batu Nias kini menjadi semacam ritual untuk menunjukkan kedewasaan pemuda-pemuda di sana. Tradisi ini bahkan tak dilakukan oleh semua warga Nias, melainkan hanya di kampung-kampung tertentu saja.
Makna dan Pelaksanaan FahomboÂ
Fahombo lebih dari sekadar cara para pemuda Nias menunjukkan kedewasaannya. Proses latihan yang dilalui untuk bisa melompati batu setinggi dua meter ini bukanlah hal mudah.
Perlu latihan keras dan waktu yang cukup lama agar fahombo bisa berjalan lancar tanpa ada cedera. Tradisi ini juga sekaligus menjadi cara untuk membentuk karakter yang tangkas dan kuat dalam menjalani kehidupan.
Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan lompat batu, biasanya warga akan berkumpul di tempat pelaksanaan. Para peserta akan mengenakan baju adat yang khusus digunakan oleh para pejuang. Sambil berbaris, mereka semua menunggu giliran.
Tanpa ancang-ancang yang terlalu jauh, para pemuda ini berlari kencang, menginjakkan kaki pada tumpuan batu kecil di bawah sebelum akhirnya melayang di udara, melampaui batu besar setinggi 2 meter dan mendarat dengan selamat. Selama proses melompat, tidak boleh ada bagian tubuh yang menyentuh permukaan batu. Jika tidak, maka sang peserta dinyatakan gagal.
Setiap kampung di Pulau Nias, biasanya sudah memiliki lokasi masing-masing yang secara turun-temurun digunakan untuk pelaksanaan fahombo ini. Jika Sahabat berencana untuk berlibur ke Pulau Nias, menyaksikan tradisi lompat batu Nias ini akan jadi pengalaman tak terlupakan.