Ma’Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun

Ritual Manene (Ma’nene) adalah salah satu upacara sakral yang berlangsung secara turun temurun di Toraja. Tradisi yang satu ini menyita perhatian publik karena terbilang unik.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Tanah Toraja memang punya pesona alam dan budaya. Daerah pemilik rumah adat Tongkonan ini punya berbagai ritual kebudayaan. Rambu Solo dan Rambu Tuka’ menjadi ritual yang populer. Namun ada ritual di Toraja yang mendunia berkat keunikannya yaitu Ma’nene. Ritual adat ini mengganti pakaian jasad leluhur di desa Pangala,Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Ritual Ma’nene merupakan lanjutan dari upacara Rambu Solo’. Jika Rambu Solo’ identik dengan duka, Rambu Tuka menggambarkan suka dan kegembiraan. Bagi masyarakat Toraja, ritual Ma’nene merupakan simbol pertengahan antara Rambu Solo’ dan Rambu Tuka. Perasaan suka duka tergambarkan saat menjalani ritual Ma’nene.

Ma’nene merupakan wujud ritual yang mencerminkan pentingnya hubungan kekeluargaan. Masyarakat Toraja yakin, ritual Ma’nene dapat memberikan ketentraman dan kesejahteraan bagi keluarga yang ditinggalkan.

- Advertisement -

Berbondong-bondong tiap keluarga mengangkat jasad leluhur mereka. Layaknya orang yang masih hidup. Keluarga yang sudah meninggal dibersihkan dengan teliti dan rapi. Kebersamaan mereka tergambar dengan hangat. Tanpa kesan takut sedikitpun, tiap keluarga bersuka ria saat menjalani ritual Ma’nene. Kamu bisa turut menyaksikan kebersamaan mereka selama ritual Ma’nene.

Anggota keluarga akan menuju ke Patane, rumah kubur orang Toraja. Bersama sama mereka mengeluarkan jasad dari liang kubur. Berbagai jasad berumur puluhan hingga ratusan tahun ada di sana. Mereka kemudian membersihkan jasad dan mengganti pakaiannya. Pakaian baru akan menggantikan pakaian lama. Lengkap dengan kaca mata, ikat rambut bahkan ikat pinggang. Pakaiannya sama seperti yang dikenakan kala masih hidup.

Ma'Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun
Ma’Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun

Berjajar, jasad yang sudah dibersihkan dan dikenakan pakaian. Seluruh jasad anggota keluarga diberdirikan layaknya orang hidup. Masyarakat Toraja melakukannya sebagai bentuk penghormatan leluhur. Ma’nene menjadi momen suka dan duka para anggota keluarga.

- Advertisement -
Baca Juga :  Kampung Adat Wajomara, Keindahan Masa Lalu di Nagekeo

Uniknya, selain mengenang dan memberikan penghormatan, anggota keluarga bahkan berfoto bersama jasad leluhur mereka. Kamu juga bisa berfoto bersama dengan jasad dan keluarga mereka. Tentunya menjadi pengalaman mendebarkan dan unik yang tak boleh kamu lewatkan.

Selepasnya, jasad yang sudah bersih dan rapi dimasukkan kembali ke dalam peti. Perbedaan liang jenazah menjadi penanda status sosial di Toraja. Kubur batu di bukit mengindikasikan ia adalah orang bangsawan. Sedangkan masyarakat beradada di kompleks perumahan kuburan Patane.

Ritual Ma’nene kemudian dilanjutkan dengan Sisemba. Prosesi makan bersama anggota keluarga. Kehangatan mereka menjadi terasa setelah lelah melakukan ritual Ma’nene. Setiap keturunan memberikan makanan khusus dari keluarga mereka. Sebuah ritual yang unik dan fenomenal yang patut kamu lihat secara langsung.

- Advertisement -

Meskipun puluhan hingga ratusan tahun, jasad keluarga mereka masih baik. Masyarakat Toraja punya ramuan khusus untuk mengawetkan mayat. Selepas jasad mengering akan di simpan di dalam peti. Peti jenazah kemudian dimasukkan ke dalam Patane dan liang bukit berbatu. Cara pemakaman khas masyarakat Toraja.

- Advertisement -