Ma’Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun

Ritual Manene (Ma’nene) adalah salah satu upacara sakral yang berlangsung secara turun temurun di Toraja. Tradisi yang satu ini menyita perhatian publik karena terbilang unik.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Ritual Ma’nene telah dilakukan selama ratusan tahun lamanya. Bermula saat seorang pemburu binatang, Pong Rumasek menemukan jasad di tengah jalan. Ia kemudian merawati jasad yang tinggal tulang itu. Ia memakaikan baju yang ia kenakan. Konon saat berburu ia mudah mendapatkan hewan. Bahkan hasil panennya melimpah ruah. Saat itulah ritual Ma`nene diselenggarakan setiap 3 tahun sekali.

Sejarah Adanya Keberadaan Tradisi Ma’nene di Tana Toraja

Mungkin banyak yang merasa penasaran terkait dengan asal muasal dari Tradisi Ma’nene Suku Toraja ini. Tradisi ini merupakan sebuah ritual untuk mengganti pakaian yang ada pada mayat.

Pada awalnya, tradisi ma’nene ini berasal dari seorang yang menjadi pemburu binatang bernama Pong Rumasek. Pong Rumasek mendatangi area hutan yang berada di Pegunungan Balla dan ia menemukan mayat dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.

- Advertisement -
Ma'Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun
Ma’Nene, Tradisi Mayat Berjalan di Tana Toraja yang Kini Berusia Ratusan Tahun

Melihat kondisi yang kurang baik tersebut, membuat Pong menjadi tergugah untuk membawa dan kemudian memakaian pakaian yang cukup layak untuk mayat tersebut. Kemudian Pong menguburkan pada tempat yang baik dan aman.

Setelah melakukan hal tersebut, Pong merasa bahwa ia banyak mendapat berkah dalam hidupnya. Salah satunya tanaman yang menjadi komoditas utama dari pertanian yang ia lakukan cepat mengalami masa panen.

Selain itu, Pong juga menjadi mudah untuk mendapatkan hewan buruan. Hal ini membuatnya merasa bahwa jasad dari orang yang sudah meninggal tetap layak untuk mendapat perawatan dan juga penghormatan. Masyarakat Baruppu kemudian mewarisinya dan masih terus ada hingga saat ini.

Baca Juga :  Pulau Kodingareng Keke, 'Surga' Kecil di Selat Makassar
- Advertisement -