Di Desa Penarun, Kecamatan Linge, berdiri sebuah batu besar yang terbelah dua dengan sempurna di bagian tengahnya. Batu itu, yang dikenal sebagai Atu Belah, tak hanya menjadi keajaiban alam tetapi juga menyimpan salah satu legenda paling populer dari Tanoh Gayo—kisah pilu tentang keluarga, kemiskinan, dan pengorbanan.
Dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga miskin dengan seorang ayah, ibu, dan dua anak. Sang ayah bekerja keras mengumpulkan belalang untuk makanan keluarga mereka. Namun, suatu hari, salah satu anak yang kelaparan mengambil belalang dari sarang yang telah dikumpulkan dengan susah payah. Sayangnya, ia lupa menutup kembali sarang itu, sehingga semua belalang terbang pergi.
Lihat postingan ini di Instagram
Ketika sang ayah mengetahui kejadian itu, ia sangat marah, terutama kepada istrinya yang dianggap lalai membiarkan hal itu terjadi. Perasaan bersalah dan kesedihan mendalam menguasai hati sang ibu.
Tak mampu menahan beban, ia pergi menuju Atu Belah. Di sana, ia memohon agar batu itu membuka mulutnya. Dengan keajaiban yang tak terduga, batu tersebut terbelah, dan sang ibu masuk ke dalamnya sebelum batu itu kembali mengatup, menelannya untuk selamanya.
Kini, Atu Belah menjadi simbol pengorbanan dan keikhlasan seorang ibu, meninggalkan pesan mendalam bagi masyarakat Tanoh Gayo. Batu ini berdiri sebagai peringatan abadi akan betapa kuatnya cinta seorang ibu, bahkan dalam menghadapi kemiskinan dan kesulitan hidup. Setiap sudutnya membawa pengunjung merenungkan makna keluarga dan pengorbanan tanpa pamrih.