Desa Doka, Desa Wisata Pertama NTT Sejak 1997

Dari Maumere wisatawan dapat menggunakan kendaraan roda dua dan mobil menuju pantai selatan Flores khususnya ke wilayah kecamatan Bola. Desa Doka letaknya sekitar 20 kilometer dari kota Maumere.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Dikenal dengan karya tenunan kain ikat yang indah. Desa Doka kini menjadi salah satu desa terbaik di NTT. Corak tenun ikat dan bahan yang digunakan didominasi dari alam sekitar. Tentu Masyarakat Desa Doka sejak dahulu sudah memiliki keahlian menenun kain tradisonal.

Desa Doka menjadi salah satu contoh pembinaan desa wisata di Flores. Awalnya atas bantuan penggagas pariwisata yaitu Kornelis Djawa, tahun 1997 Desa Doka mulai menggeliat.

Kini sejak tahun 2010, Cletus Lopez, putra dari Kornelis Djawa, terus menampilkan atraksi desa dan kearifan lokal dari sebuah kampung di balik gunung ini. Tamu yang telah datang ke sini dari berbagai negara dan menyaksikan sendiri kecantikan kain tenunannya.

- Advertisement -

Saat tamu datang maka warga desa akan memainkan tarian penyambutan, tarian tradisi, pertunjukan proses pembuatan kain ikat, hingga hidangan makanan dan minuman tradisional. Keramah-tamahan Desa Doka merupakan daya tarik yang tidak bisa dilewatkan saat Anda berada di Sikka.

Kegiatan

Desa Doka
Desa Doka. SOPYA

Tarian keceriaan Tuare tala’u dipersembahkan saat tamu berkunjung di Desa ini. Tarian ini dulunya hanya digelar bagi prajurit yang pulang berperang dan membawa kemenangan.

Prajurit tertangguh dipilih dan diusung di ujung sebatang bambu yang diberi bantalan untuk duduk dan menari di atas perutnya. Inilah sebuah tontonan pamer kekuatan dan keperkasaan. Dipastikan atraksi ini hanya ada di Flores.

- Advertisement -

Lima orang lebih bergegas memegang sebatang bambu dikelilingi wanita di bawahnya yang terus menari. Wanita-wanita tersebut mengayunkan tangannya sambil mengepit sapu tangan atau hiasan berupa rangkaian bunga-bungaan di jemarinya yang berwarna indigo. Musik tradisional dari tabuhan kendang dan batang bambu terus mengalun dimainkan setengah lusin pria muda dan tua.

Baca Juga :  Hikayat Keris Aeng Tong-tong, Kesaktian Warisan Leluhur

Batang bambu ditegakkan setinggi kira-kira 5 meter dan seorang prajurit terpilih menaiki sebatang bambu tersebut. Seolah bilah kincir angin yang berputar-putar menari di ujungnya dengan sigap para penyangga bambu di bawahnya memastikan posisi bambu tak miring dan tetap aman bagi pahlawan desa.

Terlihat jelas semua penari menggunakan kain ikat, baik itu dengan sarung ikat dan ikat kepala, maupun wanita yang juga menggunakan sarung serta selendang kain ikat. Mayoritas warna yang digunakan adalah hitam. Kain ini menemani dan melindungi mereka saat damai maupun saat peperangan di masa lalu.

- Advertisement -

Ciri Khas Tenun Ikat

Kain ikat yang diproduksi masyarakat Desa Doka termasuk yang terbaik karena memiliki ciri khas desainnya. Warga desa dengan senang hati mempertunjukkan cara pembuatannya.

Semua yang tertenun di antara lintangan benang menjadi perlambang penghormatan kepada alam dan Tuhan yang di sembah. Pewarnaan pun begitu apik dilakukan dengan menggunakan bahan dasar pewarna dari saripati tumbuhan alami. Tak hanya pewarnaan, pemintalan kapas hingga menjadi benang dan siap ditenun pun dilakukan secara mandiri di Desa Doka.

Pewarnaan menggunakan buah mengkudu (Morinda citrifolia), asam (Tamarindus indica), indogo (indigofera), dan loba (Symplocos). Semua bahan alami tersebut didapatkan di hutan-hutan perbukitan sekitar Desa Doka, Kabupaten Sikka, Pulau Flores.

- Advertisement -