Jamu Ibu Syahrini, Mulai Diminati Masyarakat Nagekeo

Waktu hampir pagi. Sebentar lagi azan subuh sudah dikumandangkan. Kiranya itu pukul 04:00, Ibu Syahrini mulai menyibukkan diri di dapurnya.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Bahan baku pembuatan jamu. Foto : Dimensi Indonesia.

Nada piring, panci yang melengking. Blender yang berisik dan semua perkakas begitu variasi, ditambah ayam kampung berkukuk menciptakan musik yang tak ada samanya.

Ibu Syahrini sudah lebih awal bangun, memasak sarapan pagi untuk anak dan suaminya. Menyiapkan bahan-bahan Jamu. Tentu sebagai istri adalah pekerjaan ganda yang harus dilakukan setiap saat. Namun jika azan subuh sudah dikumandangkan, anak pertamanya bernama Zila turut membantunya.

Diceritakan Ibu Syahrini, “Sebagai istri mesti bangun lebih awal. Masak sarapan pagi untuk anak ke sekolah, suami ke tempat kerja. Apalagi dengan usaha sampingan seperti jamu ini, dibutuhkan 4 sampai dengan 5 jam, untuk menghasilkan jamu. Karena itu sebagai istri harus cerdas membagi waktu.”

- Advertisement -

Belajar Meracik Jamu

Sebelas dua belas antara kopi dan jamu. Jika kopi lebih banyak disukai kaum Adam. Lain halnya Jamu Ibu Syahrini banyak disukai oleh kaum Adam dan Hawa. Dari anak-anak, remaja, dewasa, Ibu-ibu hingga Bapak-bapak.

Dimulai sejak 2009, saat dirinya menikah di tanah Jawa. Ibu Syahrini mulai banyak belajar cara meracik Jamu Kunyit Asam Plus Majakani Sari Rapet dan Jamu Beras Kencur dari Mbah Pur Nenek dari suaminya yang juga guru peracik jamu berkhasiat berdarah Lumajang, Kraton Jawa Timur. Di tahun itu juga ibu Syahrini bersama keluarga terus merintis usaha keluarga tersebut.

Kini, Jamu Ibu Syahrini Sudah Ada Di Mbay

Masuk di Tahun 2013 Ibu Syahrini harus berpindah ke tanah kelahirannya yaitu Mbay, Nagekeo. Begitu juga suami dan anak-anaknya turut ikut ke Mbay.

- Advertisement -

Dengan keadaan lingkungan yang baru itu, Ibu Syahrini belum mengambil sikap untuk membuka kembali usaha jamu sebagaimana dulu. Hal ini dikarenakan peminat dan kurangnya penduduk di Mbay.

Baca Juga :  Golla Kambu, Panganan Khas Mandar yang Rasanya Manis Banget

2019 adalah tahun yang tepat. Penduduk Mbay semakin tumbuh pesat. Makassar, Bima, Jawa berdatangan menempati Mbay. Serentak, peluang usaha ini cukup yakin bagi Ibu Syahrini untuk memulai usaha yang pernah dilakukan dahulu. Alhasil peminat jamu ibu Syahrini terus meningkat. Awalnya 10 dan kini bisa mencapai 70 sampai dengan 100 botol dalam sehari.

Dua Varian Rasa, Harga Dan Khasiatnya

Jamu Ibu Syahrini memiliki dua rasa yang berbeda. Yaitu Jamu Kunyit Asam Plus Majakani Sari Rapet dan Jamu beras kencur. Keduanya dibandrol dengan harga Rp. 10.000 ribu untuk sebotol Aqua berukuran kecil dan Rp. 25.000 Aqua berukuran besar.

- Advertisement -

Sementara khasiat dalam jamu, ibu Syahrini menjelaskan, “Jamu Kunyit Asam Plus Majakani Sari Rapet banyak sekali khasiatnya, bisa turunkan berat badan, mengurangi gula darah/diabetes, nyeri haid, menghilangkan bau bada, menghilangkan keputihan dan tidak hanya itu saja.”

Bagaimana dengan Khasiat Jamu Beras Kencur? Ibu Syahrini menjelaskan bahwa “kalau kita selalu rutin mengonsumsi jamu ini, diabetes kita tetap normal, meredakan Diare pada manusia begitu juga dengan binatang ternak kita, bagi yang batuk berdahak cocok sekali, menambah nafsu makan pada anak, dan bantu menyembuhkan luka setelah istri melahirkan.

Bagaimana Cara Memesan

Sejauh ini, jamu milik ibu Syahrini paling banyak diminati masih sekitaran Nagekeo. Daerah terjauh adalah Riung dan Ende, namun tidak banyak. Dikarenakan jarak, Covid-19, dan kemasan yang sederhana masih menggunakan botol Aqua. Tapi kebersihan dan khasiatnya tetap jamin terjaga.

Untuk mendapatkan jamu ini bisa langsung menghubungi via WhatsApp 0813-5109-5379 atau kunjungi akun facebook “Sharini Lopez.”

Foto : Dimensi Indonesia

Upaya Yang Berkelanjutan

Untuk mempertahan usaha ini, Ibu Syahrini terus berupaya memperbaharui dari segi kemasan dan jangkauan penjualannya.

Baca Juga :  Asal Usul dan Filosofi Pallu Butung, Sudah Ada Sejak Abad ke-17

“Sementara ini, kemasannya masih pakai botol Aqua, tapi kebersihan itu paling penting. Ada niat mau rubah kemasan, mungkin belum saat ini, Insya Allah saja kalau ada rejeki. Kalau kemasannya bagus otomatis permintaan pasti banyak. Mau tidak mau harus menambah fasilitas untuk kebutuhan produksi jamu.” Cerita ibu Syahrini.

 

 

- Advertisement -