Sebenarnya ada tata cara makan coto yang menjadi khas kuliner ini dinikmati di Makassar. Penjual tidak menyiapkan piring untuk ketupat yang pelanggan makan. Ketupatnya langsung dipegang dan dibelah kemudian di sendok langsung dari bungkus ketupatnya yang terbuat dari daun pandan.
Hal ini bermakna, siapapun pelanggannya, walaupun pejabat penting, tetap dengan cara yang sama menyantapnya. Coto yang disajikan dengan ketupat ketupat atau buras bukan dengan nasi menjadi simbol bahwa coto adalah makanan untuk ke semua kalangan.
Coto yang dimakan bersama dengan ketupat yang dipegang langsung memberikan pesan bahwa setinggi apapun satu sosial kita semuanya sama jika hendak menyantap kuliner ini di warung.
Seiring berjalannya waktu, coto makassar pun berkembang dengan ramuan rempah yang berbeda. Perbedaan ramuan rempah tersebut dapat terlihat jelas pada warna kuah coto. Bahkan contoh kini tidak hanya menggunakan daging dan jeroan sapi tapi sudah ada yang menggunakan daging kuda dan ayam.
Makanan khas Makassar ini identik dengan cita rasa yang kuat hal ini bersumber dari rempah-rempah yang digunakan dalam mengolah makanan ini. meski kaya akan rempah, makanan khas Makassar ini tidak membuat enek, justru seringkali membuat ketagihan dan ingin terus mencicipinya.
Ada yang unik kuliner Makassar ini banyak menggunakan rempah walau pun Makassar Atau Sulawesi Selatan bukan penghasil seluruh dari rempah-rempah tersebut. Tapi dengan melihat keberadaan rempah dan keindahan sejarahnya, ternyata letaknya yang strategis menjadikan kota Makassar sebagai salah satu wilayah yang memiliki peran penting dalam jalur perdagangan rempah di kawasan Indonesia Timur.
Cita rasa dan ragam kuliner Makassar menyebutkan daya tarik yang luar biasa. Dibalik kenikmatannya, kuliner Makassar menyimpan nilai luhur yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Dengan berbagai macamnya hidangan Nusantara, menjadi cerminan betapa beragamnya negeri yang kita cintai ini.Â
Itulah sedikit sejarah dan Filosofi Coto Makassar.
