Bila berkunjung ke Pulau Halmahera, tidak lengkap rasanya kalau tidak berkunjung ke danau Galela atau Danau Duma. Ya, cerita keindahannya telah tersebar seantero negeri.
Jaraknya cuma 26 km sebelah utara Tobelo. Ini merupakan danau indah nan luas, dengan pemandangan yang eksotis. Danau ini merupakan danau terbesar di pulau Halmahera yang pemandangannya memikat hati.
Danau ini memiliki air berwarna biru jernih hasil pantulan cahaya matahari yang sangat indah. Airnya tenang sehingga cocok untuk berenang, memancing, ataupun menyusuri luasnya danau dengan perahu.Â
Saat kali pertama melihat Danau yang terletak di Kecamatan Galela ini, kamu akan merasakan kenyamanan. Danau yang dikelilingi oleh pepohonan hijau menciptakan suasana telaga nan sejuk.
Di salah satu sudut telaga, kamu dapat menikmati keindahan Gunung Mamuya semebari menyaksikan matahari terbenam dengan latar Gunung akan jadi pemandangan yang tiada duanya.
Tak hanya menyajikan keindahan, danau ini jadi saksi sejarah masuknya Injil pertama kali di pulau Halmahera. Misionaris Belanda, Van Dyken kalah itu pertama kali menyebarkan injil di Tanjung Duma pada 1816.
Nama Duma juga berasal dari sang misionaris. Konon, dulu penguasa setempat pernah menempatkan Van Dijken seorang diri di tanjung Duma dengan tujuan agar Van Dijken dilenyapkan raksasa jahat bernama Tumadoa yang tinggal di didanau.
Namun Dijken berhasil bertahan hidup di sana, sehingga lahir istilah ‘duma widoohawa’ yang dalam bahasa Duma berarti ‘hanya dia yang tidak diapa apakan’. Dari sinilah awal kata Duma menjadi populer dan digunakan sebagai nama danau cantik ini.
Untuk mengenang peran Van Dijken, di salah satu tanjung Danau dibangun sebuah monumen yang menggambarkan Van Dijken berdiri di atas bumi Halmahera dengan Injil di tangan kiri dan cangkul di tangan kanannya.Â
Bila belum lelah berpetualang, di sisi barat daya Telaga Duma terdapat peninggalan sejarah berupa bunker Jepang yang dulu digunakan saat Perang Dunia II. Panjangnya sekitar 10 meter dan saling terhubung antar dua pintu yang bersebelahan. Konon, di dasar danau, tentara Jepang banyak membuang persenjataan.