Asal Usul Upacara Ngayu Ayu, Bentuk Penghormatan Masyarakat Sembalun

Ritual adat Ngayu-Ayu berasal dari kata Ng= Ngumpulkan, A= Aik (Air), Y= Yaitu, U= Upacara, A= Adat Y= Yang U= Utama/pertama.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Upacara Ngayu ayu merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada alam yang diyakini sebagai sumber kehidupan manusia. Manusia secara kodrati mengambil berbagai kebutuhan hidupnya dari alam untuk memastikan kelangsungan hidupnya.

Dalam pengambilan keperluan hidup tersebut, apapun bentuk, cara, dan media yang digunakan, pada hakikatnya tetap memiliki hubungan yang tidak terputus dengan pencipta, lingkungan, dan sesama manusia.

Ada dua jenis kebutuhan manusia yang mendasar, yaitu kebutuhan lahiriah dan bathiniah. Kepenuhan kebutuhan lahiriah memiliki dampak yang signifikan terhadap kebutuhan bathiniah.

- Advertisement -

Sebagai contoh, jika kebutuhan sandang, pangan, dan papan terpenuhi, hal tersebut dapat memberikan ketenangan jiwa dan memunculkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Secara sederhana, upacara Ngayu Ayu merupakan suatu upacara tradisional di Sembalun yang melibatkan pengumpulan air dari 13 mata air. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga kehormatan atau marwah leluhur serta memelihara kesucian dan kelestarian bumi Sembalun.

Upacara Ngayu Ayu dilaksanakan setiap tanggal 5, 15, dan 25 bulan Rajab di desa Sembalun, Lombok Timur, dengan harapan untuk menghormati alam dan sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepada manusia.

- Advertisement -

Perhitungan tahun dalam penyelenggaraan upacara ini mengikuti tahun Sasak yang berputar delapan tahun sekali, yang disebut windu. Perhitungan tahun windu dimulai dengan tahun Alif, tahun Ehe, tahun Jimawal, tahun Je, tahun Da, tahun Be, tahun Wawu, dan tahun Jumahir. Perputaran tahun ini disebut tahun penitian, sedangkan nama bulan menggunakan nama Hijriyah.

Upacara Ngayu-Ayu dipimpin seorang Kyai, Pemangku, dan Krama Desa. Nama “Ngayu-Ayu” berasal dari kata “Rahayu” yang artinya memohon keselamatan. Upacara ini bermula dari keyakinan masyarakat Sembalun terhadap Tuhan Sang Pencipta dan kewajiban sebagai hamba yang harus menyembah-Nya.

Baca Juga :  Kerajaan Sakra, Sejarah dan Keruntuhan

Pelaksanaan upacara Ngayu-Ayu erat kaitannya dengan keyakinan masyarakat Sembalun yang percaya pada sebuah cerita tentang asal-usul mereka. Menurut cerita tersebut, pada zaman dahulu, Sembalun didiami oleh tujuh pasangan suami istri yang hidup secara primitif tanpa pengetahuan akan peradaban. Mereka tinggal tanpa pakaian dan tidak melakukan kegiatan bertani.

- Advertisement -

Dalam keadaan seperti itu, datanglah dua orang yang disebut Raden Harya Pati dan Raden Harya Mangujaya. Kedatangan mereka membawa perubahan bagi kehidupan tujuh pasangan suami istri tersebut.

Meskipun detailnya mungkin berbeda-beda dalam cerita yang beredar, namun kisah ini sering dijadikan sebagai latar belakang spiritual dan sejarah bagi masyarakat Sembalun. Kedatangan Raden Harya Pati dan Raden Harya Mangujaya dianggap sebagai momen penting yang membawa perubahan dan kemajuan dalam kehidupan masyarakat Sembalun.

Upacara Ngayu-Ayu mungkin juga menjadi bagian dari tradisi untuk menghormati dan mengenang jasa kedua tokoh tersebut, serta sebagai ungkapan rasa syukur atas perubahan yang mereka bawa.

- Advertisement -