Filosofi Rumah Gadang, Rumah Adat Minangkabau Sumatera Barat

Rumah Gadang adalah rumah adat tradisional yang berasal dari daerah Sumatra Barat, lebih tepatnya rumah ini merupakan bagian integral dari budaya dan tradisi masyarakat Minangkabau yang mendominasi wilayah Sumatra Barat.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

rumah gadang
Rumah gadang tempo dulu. WIKIPEDIA

Rumah Gadang adalah simbol budaya yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Minangkabau dan juga menjadi salah satu contoh arsitektur tradisional.

Rumah Gadang/Godang juga memilik nama lain yaitu Rumah Gonjong atau Rumah Bagonjong (Bergonjong). Disebut rumah Bergonjong karena atapnya bergonjong runcing menjulang. Rumah ini dapat kita temukan di daerah yang sudah berstatus Nagari (Desa/Kelurahan). Bentuk rumah adat ini secara garis besar dapat kita lihat di rumah makan Padang.

Objek wisata budaya yang terkenal di Sumatra Barat yaitu Istana Pagaruyung yang merupakan rumah Gadang terbesar. Rumah ini terletak di Kabupaten Tanah Datar, kota Batusangkar provinsi Sumatra Utara. Nama “Gadang” dalam bahasa Minangkabau berarti “Besar”, sehingga Rumah Gadang secara harfiah berarti “Rumah Besar”.

- Advertisement -

Beberapa orang memiliki sudut pandang yang berbeda tentang bentuk Rumah Gadang. Ada yang mengatakan bahwa bentuk seperti tanduk kerbau dan ada yang mengatakan bentuknya seperti kapal.

Asal-usul atau sejarah bentuk Rumah Gadang sering dikaitkan dengan kemenangan masyarakat Minangkabau melawan orang Jawa dari peristiwa adu kerbau. Ini di ambil dari cerita rakyat “Tambo Alam Minangkabau”.

Asal-usul Rumah Gadang juga dihubungkan dengan perjalanan nenek moyang orang Minang yang berlayar sehingga bentuknya seperti kapal/perahu. Dahulu nenek moyang berlayar menuju Batang Kampar.

- Advertisement -

Setelah tiba, para penumpang naik ke darat. Lancang juga ditarik ke darat agar tidak lapuk. Setelah itu ditopang dengan kayu agar tetap berdiri kuat. Kemudian diberi atap untuk dapat mengagantungkan layar yang diikat pada tiang lancang. Karena layar yang digantung sangat berat tiang kapal membengkok dan membentuk lengkungan seperti Gonjong.

Rumah Gadang dibangun pada tahun 1820 dengan 20 ruang. Akan tetapi bangunan ini terbakar dan dibangun kembali pada tahun 1901 sampai 1907 selama 6 tahun dan jumlah ruangan lebih sedikit karena keterbatasan biaya.

Baca Juga :  Rebo Bontong, Tradisi Tolak Bala Suku Sasak

Arsitektur yang Unik

rumah gadang
Rumah gadang tempo dulu. WIKIPEDIA

Pondasi Rumah

Tiang-tiang Rumah ini dibangun diatas batu yang lebar, rata dan kuat yang berfungsi menahan gempa. Jika terjadi pergeseran saat gempa, tiang-tiang tersebut bergerak di atas batu sebagai tumpuan. Uniknya, pondasi rumah dapat dibuat belakangan, sedangkan bangunan rumah dapat dibuat terlebih dahulu.

- Advertisement -

Bentuk Rumah

Bentuk rumah/Dindingnya berbentuk trapesium terbalik mirip perahu/lancang dan terdapat hiasan dinding/ukiran khas Minang. Memiliki jumlah jendela yang banyak untuk sirkulasi udara.

Tanpa Paku

Tiang-tiang dihubungkan dengan pasak yang terbuat dari kayu bukan paku agar mampu menahan gempa. Metode ini disebut sebagai “sistem tarik” atau “peg-and-hole”. salah satu teknik arsitektur Rumah  yang unik dan mengagumkan.

Dalam sistem tarik, elemen-elemen konstruksi dari kayu disusun sedemikian rupa sehingga mereka dapat saling mengunci tanpa memerlukan paku atau baut sebagai pengikat utama.

Bentuk Atapnya

Bentuk atapnya yang paling menonjol menunjukkan identitas rumah ini dapat dilihat dari kedua sisi yang runcing. Dahulu, atapnya berbahan ijuk seperti lancip meruncing keatas, yang berfungsi mengatur jalannya air pada saat hujan agar tidak masuk ke dalam rumah.

Bermakna Keseimbangan

Bentuk rumah trapesium yang terbalik, bawah kecil atas besar ini yang memberi keseimbangan dengan jarak kedua ujung atapnya yang sangat panjang sehingga tidak gampang roboh.

Rumah Gadang  menjadi tempat penting dan berfungsi sebagai tempat musyawarah, tempat pertemuan keluarga, perkawinan dan aktivitas lainnya.

Rumah ini juga dapat dijadikan sebagai tempat tinggal keluarga dengan jumlah anggota yang banyak terutama yang perempuan, sehingga banyaknya kamar dilihat dari jumlahnya kaum perempuan. Alasannya karena yang dapat tinggal disini adalah perempuan dan suaminya. Bagi kaum laki-laki yang belum menikah, mereka tidak dapat tinggal di rumah Gadang. Mereka akan tinggal di Surau atau musola, sehingga kebanyakan laki-laki Minangkabau pergi merantau.

Baca Juga :  Maballa, Jamuan Tradisional Khas Enrekang Berusia Ratusan Tahun

Rumah ini dapat dibangun ditanah sendiri dan mempunyai hak atas ini adalah kaum perempuan dan dapat diwariskan kepada perempuan lain yang masih satu ikatan keluarga.

Rumah Gadang memiliki hiasan-hiasan atau ukiran dengan cat yang warnanya cerah sesuai dengan unsur ajarannya. Menggunakan motif tumbuhan, hewan dan kehidupan sehari-hari yang ada di sekitarnya.

- Advertisement -