7 Jenis Alat Musik Tradisional Lombok

Di tengah arus modernisasi, masyarakat Lombok tetap gigih mempertahankan nilai-nilai budaya mereka, termasuk dalam penggunaan dan pembuatan alat musik tradisional.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Alat musik tradisional lombok memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat lombok. Mereka tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan, tetapi juga menjadi bagian penting berbagai kegiatan budaya dan adat.

Mulai dari acara adat, upacara perkawinan, khitanan, hingga upacara keagamaan lainnya, alat musik tradisional selalu hadir untuk memeriahkan dan menghormati acara tersebut. Pembuatan alat musik tradisional juga merupakan proses yang tidak sembarangan.

Beberapa alat musik membutuhkan hari baik dalam proses pembuatannya, menambah dimensi spiritual dan kearifan lokal dalam pembuatan dan penggunaannya.  Berikut 7 Alat Musik Tradisional Lombok.

- Advertisement -

Genggong

Alat Musik Tradisional Lombok
Genggong

Alat musik ini termasuk dalam jenis alat musik tiup yang terbuat dari pelepah daun enau. Secara etimologis kata genggong berasal dari kata “geng” (suara tinggi) disebut genggong lanang, dan “gong”(suara Rendah) disebut wadon, sehingga musik gengong selalu dimainkan secara berpasangan. Musik genggong orkestra dapat dimainkan dengan alat musik yang lain secara bersamaan seperti petuq, seruling, rincik dan lain-lain.

Mandolin

Alat Musik Tradisional Lombok
Mandolin

Mandolin merupakan sebuah alat musik petik tradisional yang mempunyai senar dan dimainkan seperti biola. Sering dipakai untuk mengiringi tari rudat dan lagu-lagu tradisional. Alat musik ini dapat dipadukan dengan alat musik lainnya untuk mengiringi lagu tradisional.

Sedangkan Gambus juga alat musik petik dengan menggunakan dawai sebagai sumber suara (bunyi) yang digunakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional. Dapat dimainkan secara bersama-sama atau tersendiri.

- Advertisement -

Rebana Burdah

Sebuah bentuk alat musik akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Rebana Burdah dipadukan dengan syair-syair pujian terhadap Allah SWT dan riwayat nabi Muhammad SAW yang dipetik dari kitab karya sastra Arab “aL-Barzanzi”.

Barong Tengkok

Merupakan salah satu jenis okestra Lombok, terdiri dari kerenceng enam pasang, satu buah gendang dan sebuah petuk. Barong lanang/wadon yang berfungsi sebagai tempat reong sebuah gong, dan tiga buah seruling sebagai pembawa melodi. Disebut barong tengkok karena salah satu alatnya (reong) diletakkan pada bentuk barong yang dibawa dengan tengkokkan.

Baca Juga :  Upacara Cakkuriri, Pengibaran Bendera Kerajaan Sendana yang Digelar Lima Tahun Sekali 

Alat Musik Gula Gending

Sejenis alat musik pukul khas Lombok Timur, cara membunyikannya dengan tangan. disebut gula gending karena alat ini dipakai untuk mejajakan sejenis makanan yang terbuat dari gula putih.

- Advertisement -

Untuk menarik pembeli, tempat gula (tangkok) dipukul berirama sebagai musik. Dulu alat ini terdiri dari tengkok dan rincik dan dalam perkembangannya ditambah dengan mandolin, gendang dan seruling.

Rebana Gending

Rebana merupakan sebuah bentuk alat musik okestra yang merupakan hasil pengembangan kreasi seni dari rebana lima oktaf oleh Amaq Sarah pada tahun 1956.

Gendang Beleq

Alat Musik Tradisional Lombok
Gendang Beleq

Dulu, gendang beleq dimainkan pada pesta-pesta kerajaan, sementara dalam situasi perang, berperan sebagai komandan perang, sementara copek digunakan oleh prajurit. Jika datu (raja) ikut berperang, patung agung akan dipakai. Saat ini, fungsi payung ini telah diadopsi dalam upacara perkawinan.

Gendang beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Ada aturan khusus untuk komposisi berjalan, sedangkan tidak ada aturan khusus untuk duduk. Ketika dimainkan, pemain gendang beleq akan menari, demikian juga dengan pemain petuk, copek, dan lelontek.

Cilokaq

Alat Musik Tradisional Lombok kisahnya dimulai Pada tahun 1948, di desa bernama Lengkoq Kali, kecamatan Sakra, cilokaq dipentaskan sebagai musik orkestra. Acara tersebut dipimpin oleh Mami’ Srinatih (alm), yang kemudian dianggap sebagai seorang pencinta musik cilokaq.

Nama “cilokaq” diambil dari salah satu judul lagu yang populer pada waktu itu. Namun, pendapat yang menghubungkan cilokaq dengan kata “seloka” lebih mendekati kebenaran, karena syair-syair yang digunakan dalam musik ini sering kali berbentuk seloka.

Cilokaq yang ada di Sakra saat ini merupakan kelanjutan dari tradisi cilokaq yang lahir di desa Lengkoq Kali 30 tahun sebelumnya. Pada tahun 1968, cilokaq semakin dikenal setelah mendapat bimbingan dari seorang pemusik keroncong bernama Lalu Sinarep.

Baca Juga :  Hikayat Keris Aeng Tong-tong, Kesaktian Warisan Leluhur

Sinarep berusaha menyatukan teknik musik keroncong dan lagu-lagu lain ke dalam musik cilokaq. Saat ini, musik cilokaq telah direkam dan diperjualbelikan di Pulau Lombok dan daerah lainnya. Lagu-lagu yang dimainkan oleh cilokaq umumnya disebut sebagai “kayak”.

- Advertisement -