3 Tradisi Unik Menjaga Kelestarian Alam di Indonesia

Alam dan pariwisata adalah dua unsur yang memiliki kaitan dan saling mendukung. Alam selalu menyimpan daya tarik.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Alam dan pariwisata adalah dua unsur yang memiliki kaitan dan saling mendukung. Alam selalu menyimpan daya tarik. Keindahan dirinya menjadi objek wisata yang memberi kehidupan. Tetapi lebih jauh dari itu, alam harus dijaga, dirawat dengan ikhlas agar terus lestari.Ada beberapa tradisi menjaga kelestarian alam di Indonesia.

Sejalan dengan isu lingkungan yang terjadi saat ini, telah banyak upaya dan bukan hal yang baru. Kesadaran menjaga alam dan lingkungan sudah menjadi tradisi yang khas.

Berikut tradisi-tradisi unik di Indonesia sebagai upaya menjaga kelestarian alam di Indonesia?

- Advertisement -

Ritual Kaijo, Mbay Flores

Gambar : Dimensi Indonesia
Masyarakat Adat sedang menari adat.

Kaijo merupakan tradisi di dalam komunitas adat Mbay. Secara sadar mereka memahami bahwa manusia dan  alam merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menjaga keseimbangan alam adalah wajib dilakukan khususnya dalam hal menghadapi ancaman serangan hama tanaman seperti belalang, walangsangit, ulat, tikus dan sebaganya. Ritual adat Kaijo hanya bisa dilakukan setahun sekali, selama lima malam.

Secara bahasa Kaijo berasal dari dua suku kata yaitu Kaik dan Jo’o. Kaik berarti membiarkan, merelakan atau melepaskan. Kaik adalah cara pandang yang melihat hama sebagai mahluk ciptaan yang diberi hak hidup oleh Tuhan itu sendiri. Walaupun manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dari semua mahluk, orang mbay tetap menyadari bahwa semua kuasa hanyalah milik Tuhan semata.

Sementara Jo’o yang berarti membatalkan atau menghentikan. JO’O merupakan tindakan untuk membatalkan atau menghentikan semua pergerakan yang dinilai dapat merugikan manusia. Dari kedua suku kata ini kemudian dirangkai menjadi satu kata yakni Kaijo.

- Advertisement -

Masyarakat Adat Mbay mempercayai bahwa Kaijo adalah doa yang memiliki kekuatan untuk menghentikan dan mengusir serangan hama yang dapat merusak tanaman mereka. 

Baca Juga :  Mengenal Pakaian Tradisional Suku Toraja

Apabila Kaijo tidak dilaksanakan maka akan berakibat buruk terhadap hasil panen mereka. Kaijo sendiri mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang menyentuh segala aspek penting dalam kehidupan manusia. Secara kalender adat, ritual kaijo dilaksanakan pada awal bulan Februari

Tradisi Lilifuk 

Tradisi Lilifuk

Masyarakat suku Baineo Nusa Tenggara Timur memiliki tradisi Lilifuk untuk menjaga kelestarian laut. Lilifuk mengacu pada suatu kolam air laut berukuran besar yang dibentuk dengan cara menutup sejumlah area kawasan laut selama 6 bulan hingga 1 tahun. 

- Advertisement -

Selama penutupan tersebut, tidak dibolehkan beraktivitas di dalam lilifuk, seperti menangkap ikan dan mengganggu ekosistem terumbu karang.

Kalaupun ada yang melanggar, maka mereka harus membayar denda berupa uang, beras, atau ternak. Atas peraturan ketat ini, maka potensi sumber daya lautnya tetap terjaga dan melimpah. Biasanya kawasan Lilifuk dibuka 2 kali  pada bulan Juni dan Desember. 

Tradisi Lilifuk sarat memuat nilai-nilai yang tentunya diyakini sepenuh hati oleh masyarakat Suku Baineo. Terdapat tujuh nilai yang ada didalamnya yaitu nilai religius, nilai ekologi, nilai komunal, nilai relasi sosial, nilai solidaritas dan tanggung jawab, nilai kepemimpinan sosial, dan nilai pendidikan. Ketujuh nilai ini juga menjadi dasar kehidupan dari masyarakat Suku Baineo itu sendiri.

Sasi, Maluku dan Papua

Sasi di Maluku

Sasi atau dalam istilah lokal yang berarti larangan. Sasi merupakan tradisi lama yang masih dilakukan oleh masyarakat Maluku dan Papua hingga sekarang. Atas dasar tradisi ini, keindahan alam merek masih terjaga dengan baik.

Tradisi Sasi tidak lain adalah larangan untuk memanen atau mengambil sumber daya alam tertentu di wilayah adat selama beberapa waktu. Tradisi ini biasa dilakukan di darat ataupun di laut.

Ketentuan larangan di darat adalah untuk melarang masyarakatnya memanen hasil dari kebun milik pribadi, jika di laut, larangan memanen dilakukan pada jenis-jenis ikan tertentu. Tradisi ini dilakukan sebagai upaya menjaga ekosistem dan populasi agar tidak rusak ataupun habis.

Baca Juga :  Ndoi ra Dala, Ruang Sakral Leluhur Suku Mbojo

Beberapa tradisi di atas merupakan bukti bahwa pada dasarnya masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi menjaga kelestarian alam, sebab alam telah berkontribusi banyak untuk manusia dalam memenuhi hidup sehari-hari.

Dengan mengenali beberapa tradisi yang ada, diharapkan kita memiliki kesadaran yang sama, turut menjaga alam sekitar, dan tidak hanya sekedar untuk dinikmati keindahannya.

- Advertisement -
WhatsApp Icon Dimensi Indonesia Hadir di WhatsApp Channel Follow