Popokan, Tradisi Melempar Lumpur di Jawa Tengah

Tradisi Popokan merupakan sebuah upacara adat lempar lumpur yang diperingati pada bulan agustus tepatnya hari jumat kliwon. Warga saling melempar lumpur namun tidak ada emosi disini mereka melaksanakan dengan suka cita.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Indonesia memang memiliki banyak ragam tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam memperingati peristiwa tertentu. Salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Jawa Tengah tepatnya di Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang adalah Popokan.

Tradisi Popokan merupakan sebuah upacara adat lempar lumpur yang diperingati pada bulan agustus tepatnya hari jumat kliwon.

Warga saling melempar lumpur namun tidak ada emosi disini mereka melaksanakan dengan suka cita, demikian juga penontonya jika terkena lemparan tidak boleh marah karena kata orang dulu orang yang terkena lemparan lumpur maka niscaya mendapat berkah.

- Advertisement -

Tradisi perang lumpur ini merupakan tradisi pengusiran binatang buas seperti harimau dan macan di sekitar pemukiman warga. Itu karena sering merusak area persawahan. Kegiatan itu bahkana dilakukan nenek moyang mereka jaman dahulu.

Kisah Harimau yang Meresahkan Warga

Menurut cerita masyarakat, konon Desa Sendang dikejutkan oleh kemunculan seekor harimau yang membuat masyarakat resah. Harimau tersebut mulai meneror warga dari memakan hewan ternak hingga mengancam keselamatan warga.

Masyarakat desa telah berupaya untuk mengusir harimau pengganggu dengan berbagai cara, namun hasilnya selalu nihil. Lalu munculah seorang tokoh agama yang memberikan saran untuk meninggalkan cara kekerasan dalam mengusir harimau.

- Advertisement -

Masyarakat akhirnya menuruti saran sang tokoh agama tersebut. Menolak memakai kekerasan, masyarakat akhirnya memopok (melempari) Harimau menggunakan lumpur sawah. Tak disangka, ternyata cara ini berhasil mengusir si predator hutan tersebut.

Sejak saat itu, muncullah tradisi popokan atau saling melempar lumpur sawah. Tradisi ini juga sebagai bentuk syukur warga desa kepada Sang Pencipta atas keselamatan yang telah diberikan kepada warga. Mereka percaya jika lumpur yang digunakan untuk saling melempar mengandung berkah sehingga dalam pelaksanaan tradisi ini semua masyarakat merasa gembira.

Baca Juga :  Sejarah Tari Cerana, Tarian Masyarakat Kupang sih Pemikat Hati

Popokan Sebagai Ritual

Popokan ini dilakukan oleh laki-laki dan masih muda yang saling melempar lumpur antara satu sama lainnya. Biasanya dilakukan di persawahan desa. Tradisi ini sudah turun temurun dari pendiri desa sampai sekarang. Prosesi Popokan diawali dengan pembersihan air atau sendang. Setelah itu warga membawa ambeng atau nasi yang berbentuk gunungan (tumpeng) untuk acara selamatan.

- Advertisement -

Oleh warga desa, tumpeng tersebut diarak bersama-sama. Selama arak-arakan berlangsung, warga menampilkan seni dan kreatifitasnya masing-masing. Di dalam arak-arakan ini warga juga menggiring hewan macan yang berbentuk boneka.

- Advertisement -