Cekungan laut raksasa itu memiliki ujung timur di Tanjung Darat, Kecamatan Talibura, dan ujung barat di Tanjung Koro dan Watu Manuk, Kecamatan Magepanda, berbatasan dengan Kabupaten Ende. Panjang garis pantai menyerupai huruf “U” sejauh 120 km. Cekungan yang disebut Teluk Maumere itu memiliki taman laut yang begitu indah.
Itulah surga bawah laut Teluk Maumere. Ada ribuan jenis biota laut yang hidup dalam perairan ini. Hasil penelitian Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) selama 2006-2012 menyebutkan, terumbu karang di Teluk Maumere sudah 90 persen pulih setelah diterjang tsunami tahun 1992.
Teluk Maumere menjadi salah satu destinasi penting di Flores. Kawasan ini pernah dicanangkan Frans Seda, mantan Menteri Perhubungan (1968-1973) dalam Kabinet Pembangunan I sebagai salah satu pusat wisata bahari di Flores.
Tahun 1992, Seda membangun pusat pemondokan dan penginapan di pantai Teluk Maumere, yang dikenal dengan “Sao Wisata”, dan masih bertahan sampai hari ini. Teluk itu memiliki luas 59.450 hektar.
Maumere adalah ibu kota Kabupaten Sikka. Kota ini termasuk terbesar di Pulau Flores. Sebelum Labuan Bajo di Manggarai Barat populer dan jadi destinasi wisata nasional, Maumere terlebih dahulu jadi pintu masuk bagi wisatawan yang ingin menjelajahi Flores. Itu didukung fasilitas bandara yang memiliki panjang landasan pacu 2.250 meter dan lebar 45 meter. Bandara itu kini mampu didarati pesawat berbadan lebar jenis Boeing 737-800 atau Airbus 320.
Tahun 1950-1985, warga pesisir Teluk Maumere sering memberi sesajian kepada leluhur, yang diyakini penghuni teluk. Tradisi itu untuk menjaga keharmonisan antara alam laut dan manusia yang menjadikan laut sebagai sumber hidup, menjaga kelestarian lingkungan, dan populasi biota (ikan) laut yang melimpah.
Setelah 1985, tradisi itu hilang sampai terjadi gempa disusul tsunami melanda pada 12 Desember 1992. Tsunami 1992 ikut menghancurkan taman laut di Teluk Maumere. Kondisi bawah laut memprihatinkan. Saat itu pulau-pulau kecil yang berada di dalam Teluk Maumere mengalami kerusakan parah.
Untuk memulihkan lagi, Frans Seda pernah menggelar festival menyelam di teluk itu. Ratusan turis asing hadir mengikuti festival itu. Peserta yang juara diberi hadiah berupa tenun ikat asal Sikka dan suvenir lainnya. Tetapi, setelah Seda meninggal tahun 2009, tidak ada lagi yang mempromosikan teluk itu.
Namun, mengingat pesona kawasan ini yang menawan, minat pengusaha membangun penginapan di sepanjang Teluk Maumere pun tinggi. Kini, ada 17 penginapan dan restoran hadir di bibir Teluk Maumere, antara lain Budi Sun Flores Diving Resort, Coconut Garden Beach Resort, Sea World Club Beach Resort, Capa Beach Resort, dan Maumere Liveaboard Diving.
Hasil penelitian LIPI dan Coremap menyebutkan, Teluk Maumeree sangat menarik untuk snorkeling, diving, berenang, memancing, dan bertamasya. Bahkan, aktivitas itu bisa dilakukan dari jarak 200 meter dari pantai.
Di dalam teluk yang berbentuk huruf U raksasa itu terdapat belasan pulau kecil, menyebar dari ujung timur sampai ujung barat, dari ujung utara sampai ujung selatan. Pulau-pulau itu antara lain Pangabatan, Babi, Sukun, dan Panama Besar, Pulau Besar, dan Pulau Rusa.
Pesisir teluk dan pulau-pulau kecil di dalamnya memiliki keindahan yang luar biasa dengan hamparan pasir putih yang memanjang hingga belasan kilometer, hamparan pohon kelapa, dan tumbuhan pesisir lain. Sebut saja pantai Tanjung Darat, pantai Pangabatan, pantai Kolisia, pantai Ndete, dan pantai Dua Tanjung.
Kandungan endemik Teluk Maumeree, yakni ikan karang, dengan ratusan spesies, seperti ikan jenis Neoglyphyidodon melas dari famili Pomacendriadae dan Pseudanthias huctii dari famili Serranidae, Caecio terres dari Famili Caesionidae, Chromis xanthura, Chromis ternatensis.
Ikan dascyllus melanurus, ikan Amblygyphydodon curracao, dari Famili Pomacentridae, dan Caesio teres sangat indah bentuk dan warnanya.