Sureq La Galigo III: Pertempuran di Alam Arwah

Kisah Sawerigading penuh perjuangan dan konflik, terutama dalam cintanya pada Weten Rabeng, adik kembarnya. Meskipun pernikahan mereka dilarang adat karena dianggap membawa bencana, Sawerigading tetap mencintainya. Kisah ini menggambarkan dilema cinta terlarang yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan dan pengorbanan.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Sureq La Galigo II (Link Sebelumnya): Setelah kelahiran Sawerigading dan saudari kembarnya, para bissu yang telah mengorbankan nyawa mereka demi memastikan proses kelahiran kembali dihidupkan oleh para dewa. Sementara itu, Wadi Luwuk, saudari Wedatu Sengkeng, juga melahirkan anak kembar bernama Pala Wagau dan Weten Rirawe.

Sesuai dengan janji awal, anak-anak kembar ini harus dipisahkan untuk menghindari malapetaka. Namun, saat tumbuh dewasa, Weten Rirawe, yang juga dikenal sebagai Irawe, jatuh cinta pada saudara laki-lakinya, Pala Wagau. Hubungan terlarang ini menjadi alasan Irawe dibuang ke luar negeri.

Irawe berangkat ke negeri Wadeng, ditemani beberapa wanita pengiring. Di Wadeng, ia bertemu dengan Raja Laaten R Pepang. Irawe akhirnya menerima pinangan raja tersebut dengan syarat Laaten harus menceraikan semua selirnya dan memberikan mahar yang sangat besar. Mahar ini membutuhkan waktu tiga bulan untuk dikumpulkan. Setelah menikah, Irawe tinggal di negeri Wadeng bersama suaminya.

- Advertisement -

Di Luwu, Sawerigading dan saudari kembarnya, Wen Rabeng, tumbuh terpisah sesuai dengan syarat dari Patotoqe. Kehidupan di Luwu berubah ketika Batara Guru, bersama seluruh generasi pertama manusia, dipanggil kembali ke dunia atas. Sepeninggal Batara Guru, Batara Lattu menggantikan posisi ayahnya sebagai Raja Luwu.

Namun, cerita selanjutnya berfokus pada petualangan cinta Sawerigading. Suatu hari, ia diundang ke dunia atas oleh Patotoqe. Di sana, Sawerigading bertemu dan jatuh cinta pada Tanra Telu, seorang wanita dari dunia atas. Meski perasaan cinta tumbuh, Sawerigading memutuskan untuk kembali ke bumi, merasa tidak mampu menikahi Tanra Telu.

Saat kembali ke bumi, Sawerigading bertemu sepupunya, Wepanang Ngareng, yang kemudian menjadi istrinya. Namun, petualangan cinta Sawerigading tidak berakhir di situ. Ia melakukan perjalanan ke berbagai negeri untuk mencari pasangan hidup baru.

- Advertisement -
Baca Juga :  Asal Usul Minangkabau

Dalam perjalanannya, Sawerigading singgah di negeri-negeri yang berada di alam arwah, seperti Waliala dan Marapetang, yang dipimpin oleh Raja Lawajolangik. Di sana, ia bertemu dengan Wepintrakati, seorang putri raja yang telah meninggal dunia.

Sawerigading jatuh cinta pada Wepintrakati, namun ia menyadari bahwa hubungan tersebut mustahil terjadi. Wepintrakati telah meninggal, sedangkan Sawerigading masih hidup.

Meski merasa kecewa, perjalanan ini menguatkan Sawerigading dan menegaskan bahwa ia harus melanjutkan takdirnya di dunia manusia, menjadi penerus kerajaan dan pelindung tanah Luwu.

- Advertisement -

Setelah kembali dari dunia atas, Sawerigading melanjutkan perjalanan ke Samang Maloku untuk mencari istri baru. Di sana, ia bertemu dengan Raja Ilagaligo Tokeling, sosok yang sangat dihormatinya. Sebagai tanda penghormatan, Sawerigading bersumpah untuk menamai putranya kelak Ilagaligo Toboto, sebagai penghargaan kepada sang raja yang pernah mengalahkannya dalam sabung ayam.

Sebagai balasan atas rasa hormat Sawerigading, Ilagaligo Tokeling menjanjikan putrinya, Welek Ricina, sebagai calon istri. Namun, karena Welek Ricina masih kecil saat itu, Sawerigading harus menunggu hingga ia dewasa sebelum menikahinya. Setelah itu, Sawerigading kembali ke Luwuk.

Beberapa waktu kemudian, Sawerigading menerima undangan untuk menghadiri sebuah upacara besar di Tompok Tikak. Di sana, ia mendengar kabar mengejutkan bahwa saudari kembarnya, Wen Rabeng, ternyata masih hidup dan tinggal di Luwuk. Meskipun kabar ini sempat mengguncangnya, Sawerigading belum mengambil tindakan apa pun terkait Wen Rabeng.

- Advertisement -