Sureq La Galigo I: Awal Kisah Epik Terpanjang di Dunia

Di Sulawesi Selatan, terdapat epik luar biasa berjudul Sureq La Galigo, yang lebih panjang dari Mahabharata dengan 225.000 baris syair. Naskah ini, yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia, mengisahkan penciptaan dunia dan petualangan Batara Guru, penguasa langit, yang turun ke bumi untuk menciptakan kehidupan baru.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Patotoqe, penguasa dunia atas, memiliki pasangan bernama Datu Palingeq. Mereka berdua memerintah dunia atas yang dalam Sureq Lagaligo disebut Boting Langiq. Sementara itu, dunia bawah atau Peretiwi dipimpin oleh seorang raja bernama Guru Rilëng dan seorang ratu bernama Sinau Toja.

Yang menarik, para penguasa dunia atas dan bawah ternyata memiliki hubungan keluarga. Patotoqe, penguasa dunia atas, adalah saudara kembar Sinau Toja, ratunya dunia bawah. Sedangkan Guru Rilëng, raja dunia bawah, adalah saudara kembar Datu Palingeq, penguasa dunia atas.

Cerita dimulai ketika tiga pelayan atau pengabdi kerajaan dunia atas tiba-tiba menghilang tanpa diketahui ke mana mereka pergi. Beberapa hari kemudian, ketiganya kembali ke dunia atas dan menemui Patotoqe. Mereka pun ditanya, “Dari mana kalian? Mengapa tidak menjalankan tugas kalian di dunia atas?”

- Advertisement -

Salah satu dari mereka, Ruke Lëng Pooba, menjelaskan bahwa mereka baru saja kembali dari dunia tengah. Mereka melaporkan bahwa dunia tengah masih kosong, tanpa penghuni, dan menyarankan Patotoqe untuk mengirim salah satu keturunannya agar menempati dunia tersebut. Para pengabdi itu berpendapat bahwa tidak ada gunanya Patotoqe menjadi penguasa langit jika tidak ada manusia yang menyembah atau memujanya.

Setelah mendengar laporan itu, Patotoqe mulai mempertimbangkan usulan tersebut dan meminta pendapat istrinya, Datu Palingeq. Singkat cerita, pasangan itu akhirnya sepakat mengirim putra tertua mereka, La Togeq Langiq atau yang dikenal sebagai Batara Guru, untuk turun ke dunia tengah.

Namun, Batara Guru tidak akan tinggal sendirian di dunia tengah. Ia akan ditemani oleh seorang pasangan, yang dipilih dari dunia bawah, yaitu We Nyiliq Timoq, putri tertua penguasa dunia bawah.

- Advertisement -

Selain Batara Guru dan We Nyiliq Timoq, beberapa penghuni dunia atas juga setuju mengirimkan keturunan mereka untuk menemani pasangan tersebut di dunia tengah. Sebelum turun, Batara Guru diberi arahan tentang apa saja yang harus dilakukan setibanya di dunia tengah. Ia juga diberikan tugas oleh ayahnya untuk menciptakan gunung, hutan, lautan, hewan-hewan, dan tumbuhan.

Baca Juga :  Asal Usul Minangkabau

Batara Guru kemudian diturunkan ke dunia tengah melalui sebatang bambu. Ia diletakkan dalam bambu itu, lalu diturunkan menggunakan sebuah buaian. Selama perjalanan menuju dunia tengah, Batara Guru melaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan, seperti menciptakan berbagai elemen dunia yang diperlukan.

Dalam versi lain, dikisahkan bahwa Batara Guru turun ke dunia tengah atau bumi dan mendarat di tanah Luwu, Sulawesi Selatan. Ia mendarat menggunakan bambu betung yang diikat dengan tali emas. Setelah tujuh hari tujuh malam berada di dunia tengah, Batara Guru mulai menata kehidupan baru di sana.

- Advertisement -

Setelah Batara Guru mendarat di dunia tengah, ia membelah bambu yang menjadi kendaraannya. Ia mulai mengamati sekeliling, tetapi segera merasa ingin bertemu dengan pasangannya, We Nyiliq Timoq, yang masih berada di dunia bawah (Peretiwi).

Namun, keinginannya itu tidak dapat segera terwujud. Kekecewaan tersebut membuat Batara Guru marah, lalu kembali ke dunia tengah dan memilih tinggal di dalam bambunya. Ia berdiam di sana tanpa makan dan minum selama sekitar tiga bulan.

Melihat kondisi putranya yang memprihatinkan, Datu Palingeq memohon kepada suaminya, Patotoqe, untuk mengirimkan hak warisan Batara Guru ke dunia tengah. Sebelumnya, Batara Guru memang telah ditetapkan sebagai pewaris takhta kerajaan langit. Namun, karena ia telah ditugaskan untuk mengisi dunia tengah, hak warisan itu akhirnya diturunkan ke tempatnya tinggal di bumi.

Pada suatu malam yang gelap di sebuah hutan belantara dekat Luwu, diiringi cuaca buruk, Patotoqe menurunkan sebuah istana lengkap dengan inang-inang pengasuh, pohon asam, dan rombongan pengiring untuk putranya.

Sebelum itu, Patotoqe juga telah mengirimkan tujuh orang manusia berkulit sawo matang ke bumi. Keesokan paginya, Batara Guru keluar dari bambunya dan mendapati istana megah yang telah diturunkan oleh ayahnya.

Baca Juga :  Sureq La Galigo III: Pertempuran di Alam Arwah

Setelah lima bulan tinggal di dunia tengah, Batara Guru mulai merasa rindu dengan dunia atas. Dalam mimpinya, ia kembali ke dunia atas dan bertemu dengan ayahnya. Patotoqe memberikan sebuah susur bekas (pusaka) kepada Batara Guru dan menginstruksikannya untuk pergi ke tepi pantai keesokan harinya. Setelah kembali ke bumi, Batara Guru mengikuti semua petunjuk yang diberikan.

Di tepi pantai, Batara Guru menemukan pusaka berupa sebilah pedang, payung kebesaran, dan perisai, yang semuanya berasal dari dunia atas. Tak lama kemudian, dari arah timur di tengah laut, muncullah We Nyiliq Timoq yang datang bersama beberapa pengiringnya. Kehadiran We Nyiliq Timoq menjadi awal mula pertemuan mereka di dunia tengah, yang akan menjadi tempat kehidupan baru mereka.


Kami membagi kisah Sureq La Galigo menjadi 6 bagian:

*Mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam kisah dan penulisan nama tokoh dalam tulisan ini

- Advertisement -