Sejarah Kampung Adat Tamkesi, Pusat Kerajaan Biboki

Masyarakat di Kampung Adat Tamkesi merupakan bagian dari Klan Usboko dalam Suku Dawan atau yang dikenal sebagai Atoin Meto dalam bahasa setempat, yang bermukim di wilayah Pulau Timor bagian Barat.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Desa Tautpah, yang terdiri dari tiga dusun di wilayah RT II Usboko, memiliki sekitar 47 Kepala Keluarga. Di dalam wilayah Kampung ada 18 KK yang tinggal di rumah adat dengan atap terbuat dari rumput ilalang (alang-alang) yang menjuntai ke tanah.

Rumah-rumah adat ini berlokasi di atas jurang-jurang tinggi dengan rumpun-rumpun savana di sekitarnya dan dekat dengan sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kampung Adat Tamkesi
Rumah adat beratap ilalang yang menjuntai ke tanah

Kampung adat Tamkesi memiliki struktur yang teratur dengan tujuh susunan batu dalam bentuk tujuh tingkatan. Di sebelah kanan dusun Tamkesi, terdapat area seluas ± 100m² yang digunakan sebagai tempat penyembelihan hewan kurban.

- Advertisement -

Kampung adat Tamkesi menarik karena terletak di sebuah lembah yang menghadap langsung ke gunung Soanmahole dan bukit Taitoh yang indah. Di Utara, terdapat gunung Nipumnasi, sementara gunung Soanmahole yang lebih tinggi dari permukaan Tamkesi berada tepat di pundaknya.

Gunung Tapenpah berada di Timur, dan gunung Oepuah di Barat. Permukaan Tapenpah-Opeuah di bagian Timur-Barat menjadi tempat penting untuk menyangga struktur fisik Tamkesi.

Sebuah tembok batu setinggi satu meter dan lebar 0,25 meter diperpanjang hingga 25 meter mengelilingi kompleks perumahan Tamkesi. Tujuh tingkatan melambangkan bukit bertingkat, dengan Sonaf Néno Biboki, istana Kerajaan Biboki, berdiri di bagian atas.

- Advertisement -

Di atas istana, terdapat Paon Leu sebagai tempat pemali yang menyimpan kekuatan yang terkait dengan Uis Neno dan Uis Pah (Tuhan Langit dan Tuhan Bumi). Di depan istana, terdapat altar sakral tempat raja melakukan ritual untuk kepentingan masyarakat Biboki.

Raja meminta manikin ma oéténén yang simbolisnya adalah ‘kesejukan dan kedinginan’, yang pada hakikatnya bermakna untuk kesehatan dan kemakmuran semua orang dan tanah Biboki.

Baca Juga :  Ini Tongkonan Tertua di Toraja, Beratapkan Batu dan Berusia 700 Tahun

Di tempat yang lebih rendah, terdapat sebuah lopo (lumbung) yang digunakan untuk pertemuan raja dan para bangsawan. Masyarakat Biboki menyebut tempat ini sebagai Lopo Tainlasi, yang artinya lumbung penyelesaian masalah.

- Advertisement -
Kampung Adat Tamkesi
Tumpukan batu yang khas.

Di tempat ini, raja bersama para pemimpin Kerajaan Biboki mempertimbangkan masalah-masalah sehari-hari yang dihadapi oleh masyarakat Biboki dan juga masalah-masalah yang terkait dengan pemerintahan kerajaan.

Pada dinding batu, terdapat lima pintu dengan fungsi tertentu. Di bagian atas sisi Timur, terdapat éno Paisanaunu, pintu masuk yang terbuka untuk semua golongan masyarakat. Selain itu, terdapat pintu masuk khusus untuk yang mulia raja, yaitu pintu penghormatan éno naijuf.

Anak tangga yang berjumlah tujuh juga punya makna tersediri, dianggap sebagai simbol tujuh rahmat Tuhan yang menjadi sumber kehidupan masyarakat. Ketujuh rahmat tersebut meliputi bahan makanan pokok seperti padi/jagung, sayuran, buah-buahan, ubi, tanaman obat, serta tanaman untuk pakaian.

Juga termasuk hewan ternak seperti kerbau, sapi, ayam, hingga babi. Semua ini menjadi simbol keberlimpahan dan kelimpahan yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Biboki.

- Advertisement -