Kampung Adat Wologai, Melangkah ke Masa 8 Abat Lalu

Nama kampung ini terdiri dari dua suku kata yaitu "wolo" berarti bukit, sedangkan "gai" yang berarti Gelaga sehingga Wologai artinya Bukit Gelaga. Nama itu diberikan leluhur orang Ende Lio Ratusan tahun lalu.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Kampung Adat Wologai terletak di ketinggian 1.045 mdpl jadi satu dari beberapa kampung adat yang masih tersisa di Flores. Hari ini usianya diperkirakan telah menapaki 8 abat.

Wologai berada 37 kilometer arah timur kota Ende, tepatnya di Kecamatan Detusoko. Menyalaminya akan memberikan pengalaman menyusuri suatu kehidupan yang bertahan lebih dari 800 tahun.

kampung adat Wologai
Suasana kampung adat Wologai

Perjalanan waktu itu dimulai dari pintu masuk kampung, dari sebuah pohon beringin yang diyakini oleh komunitas adat Wologai ditanam leluhur mereka ketika rumah pertama di tempat itu didirikan. Pohon tua itulah yang jadi saksi perjalanan waktu dan pergantian 18 generasi. Keberadaannya sangat dikeramatkan.

- Advertisement -

Konon zaman dulu, leluhur kampung adat wologai hidup nomaden, hingga akhirnya memutuskan mendirikan kampung di Wologai.

kampung adat Wologai
Suasana Kampung Adat

Tak jauh dari pohon itu, rumah adat berbentuk kerucut dan dibangun melingkar dengan tiga tingkatan berdiri dengan anggun. Setiap tingkatan dibuat dari susunan batu ceper diatas tanah yang berfungsi sebagai pondasi rumah adat.

Semakin keatas, pelataran akan semakin sempit menyerupai kerucut. Masyarakat kampung adat masih kukuh mempertahankan bentuk kampung adat mereka dan tunduk pada pesan leluhur mereka untuk terus menjaga tradisi yang telah berlangsung turun-temurun.

- Advertisement -
kampung adat Wologai
Altar Batu

Filosofi Rumah Adat Wologai

Jumlah rumah adat di kampung adat Wologai sekitar yaitu 18 rumah, 5 rumah suku dan satu rumah besar. Rumah suku difungsikan sebagai tempat benda pusaka disimpan. Adapun rumah besar hanya digunakan saat ritual adat berlangsung.

Bangunan dengan panjang sekitar 7 meter dengan lebar 5 meter ini memiliki atap setinggi 4 meter berbentuk kerucut persegi yang terbuat dari alang-alang atau ijuk.

Kampung Adat Wolotopo
Kampung Adat Wolotopo di foto menggunakan drone

Bentuk atap yang menjulang bermakna kewibawaan para ketua adat yang lebih tinggi dari masyarakat adat biasa. Dahulu, atap rumah harus menggunakan alang-alang, namun karena ketahan atap jenis ini cuma bertahan 3 tahun, beberapa rumah menggantinya dengan ijuk yang dinilai lebih awet, bahkan dapat bertahan puluhan tahun.

- Advertisement -
Baca Juga :  4 Pesona Pantai Motadikin, Surga Kecil di Kabupaten Malaka

Lalu bagian kolong rumah diperuntukan sebagai tempat memelihara ternak seperti babi atau ayam. Ruang tengah sebagai tempat tinggal, sedangkan loteng digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda yang digunakan saat ritual adat.

Pada ruang utama rumah adat dibagi menjadi bilik-bilik kecil diperuntukan untuk kamar, tunggu memasak dan ruang utama. Di setiap rumah juga terdapat teras tempat bersantai dan menerima tamu.

kampung adat Wologai
Tubu Kanga

Beberapa rumah juga memiliki ukiran yang kaya akan makna yang jadi ciri khas dan pembeda dengan kampung adat lainnya.

Salah satunya berada di samping pintu rumah adat menuju ruang utama terdapat pahatan berbentuk payudara wanita. Pahatan itu melambangkan mama atau ibu. Rumah merepresentasikan seorang Ibu. Seorang Ibu yang welas asih. Ibu yang memberi dan memelihara yang terbaik untuk anak-anaknya dan juga semesta.

kampung adat Wologai
Tuhu kecil yang menjadi pusat acara adat.

Nah, untuk membangun satu rumah adat ternyata melalui proses yang panjang. Tetua adat akan mengadakan ritual adat Naka Wisu terlebih dahulu, Yaitu ritual menebang pohon dari hutan yang akan digunakan sebagai tiang penyangga rumah. Prosesi inu harus dilakukan pukul 12 malam, dengan menyembelih seekor ayam.

Lalu di tengah-tengah kampung adat Wologai terdapat pelataran yang lebih tinggi dari rumah-rumah lainnya. Itulah Tubu Kanga. Tempat terlarang bagi siapapun memasukinya. Yang boleh masuk hanya tetua adat kampung. Itu pun hanya dilakukan saat upacara adat berlangsung. Di tengah pelataran itu terdapat tuhu kecil yang menjadi pusat acara adat.

Ritual Adat Kampung Wologai

Ritual adat kampung wologai dilakukan dua kali. Yaitu Keti Uta yang dilangsungkan setelah panen pada bulan April.

kampung adat Wologai
Salah satu ukiran yang ada di rumah adat.

Ritual lainnya yaitu Ta’u Ngga atau tumbuk padi. Ritual ini dilaksankan pada bulan September. Saat ritual Ta’u Ngga berlangsung warga desa adat Wologai tidak akan melakukan aktivitas apa pun selama 7 hari. Puncak acara adat Wologai adalah Gawi, yaitu upacara adat yang dilakukan di tengah Tubu Kanga.

Baca Juga :  Wisata Budaya Rumah Tenun Lepo Lorun dan Nilai-nilai Hidup Masyarakat Maumere

Setelah melewati berbagai upacara, komunitas adat lalu melaksanakan ritual Gawi, Ritual menari bersama di atas altar di sekeliling Tubu Kanga sebagai wujud rasa kegembiraan dan kebersamaan.

- Advertisement -