Sorok Ngi’is, Ritual Pendewasaan Bagi Kaum Perempuan Mbaydhawe

Waktu masih saja terus bergerak. Dalam konteks perubahan, kebudayaan juga mengalami perubahan warna sesuai kehendak manusia. Selain itu kebudayaan merupakan nilai yang memberikan ciri khas dan eksistensi pada diri pemiliknya dari masa ke masa.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Dalam hal ini, dari semua ritual kebudayaan di masyarakat Adat Mbaydhawe adalah cerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur yang diwariskan secara turun-temurun sejak sebelum manusia lahir sampai meninggal dunia.

Ritual mempunyai banyak unsur, yaitu:   berkorban, berdoa, menikmati makanan bersama yang telah disucikan dengan doa, menari tandak bersama keluarga, melantunkan syair suci, memainkan alat musik, bersemedi dan lain sebagainya. Kebudayaan diwariskan secara turun-tenurun, dari satu generasi ke generasi lainnya. Proses pewarisan kebudayaan disebut juga sebagai proses inkulturasi.

Seorang Petugas sedang melakukan potong gigi. Foto : nagephotoclub.blogspot.com

Ritual Sorok Ngi’is

- Advertisement -

Adat Potong Gigi atau Sorok Ngi’is merupakan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Adat Mbaydhawe yang masih berkembang saat ini dan menjadi tradisi tahunan sebagai wujud ciri khas budaya lokal pada masyrakat Adat Mbaydhawe di Kabupaten Nagekeo.

Dalam pelaksanaan upacara adat Sorok Ngi’is akan disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat dan kemampuan masyarakat Adat. Di samping tata upacaranya, terselip pendidikan budi pekerti beserta aturan-aturannya sebagai pengokoh norma-norma atau nilai-nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat. 

Seorang anak yang hendak melakukan potong gigi. Foto : nagephotoclub.blogspot.com

Sorok dalam bahasa Mbaydhawe berarti Menggosok, membersihkan, meratakan. Ngi’is berarti Gigi. Pada wilayah suku ini yang masih berkaitan dengan pendewasaan seorang perempuan adalah melalui ritual Sorok Ngi’is. Ritual ini akan dilakukan khususnya pada anak perempuan di usia Remaja.

- Advertisement -

Ritual Sorok Ngi’is bermakna bahwa anak tersebut telah dewasa berdasarkan hukum adat, juga sebagai salah satu pelengkap dalam proses menuju masa pernikahan.

Para sanak saudara menari Tandak Wa’i Sakutu bersama. Foto : nagephotoclub.blogspot.com

Proses Menuju Sorok Ngi’is

Tentu dalam proses ini sedikit memakan waktu, sebelum itu adalah Tandak Wa’i Sakutu di malam hari yaitu tarian mengelilingi api unggun hingga pagi sebagai bentuk rasa syukur, suka cita dan iikuti oleh anak tersebut, dengan mengenakan pakaian adat dan selempang menutupi sebagian wajahnya.

- Advertisement -
Baca Juga :  Kampung Adat Wajomara, Keindahan Masa Lalu di Nagekeo

Selama malam tandak itu anak tersebut juga diikutsertakan, namun dibatasi waktu sebanyak lima kali mengelilingi api unggun, Setelah itu harus diistirahatkan untuk memulai hari esok.

Sejumlah Tetua mengantar sesajian kepada leluhur yang berisi nasi, daging, sirih pinang dan moke. Foto : nagephotoclub.blogspot.com

Dipagi hari adalah waktu Podho Nawung yaitu mengantar sesajian kepada leluhur yang berisi nasi, daging, sirih pinang dan moke. Hal ini merupakan syarat sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada leluhur, untuk memohon berkat. Kemudian dilanjutkan dengan Resa Kuras yaitu dengan memercikan beras sebanyak lima kali ke arah anak tersebut sebagai doa pemberkatan yang wajib dilakukan.

Tahapan akhir yang harus dilakukan oleh anak untuk melewati seekor babi. Foto : nagephotoclub.blogspot.com

Tidak sampai disitu, tahapan akhir adalah  melewati seekor babi. Ayah dari anak tersebut  akan mengayun diatas seekor babi yang sudah diletakan di depan pintu atau halaman rumah. Pada hitungan ke lima anak tersebut harus berhasil melewatinya. 

Rangkain berikutnya adalah anak perempuan  akan dibawah menuju rumah tetangga yang masih memiliki hubungan keluarga sebagai tempat ritual potong gigi. Selanjutnya proses Sorok Ngi’is baru dapat dimulai.

Seorang Ibu sedang mengobati anak dengan menggunakan Buah pinang untuk mengurangi rasa ngilu. Foto : Foto : nagephotoclub.blogspot.com

Sebagai petugas musti berasal dari anggota keluarga yang sudah mahir. Batu asah telah disiapkan, anak perempuan baring tetap dijaga nenek atau sang ibu. Menutup mata rasa was-was sebentar lagi dirinya akan menderita ngilu luar biasa. Namun petugas itu tak ada rasa takut sedikitpun. Batu asah menempel digigi, digosok berulang kali sampai benar-rata. Raut wajah sang anak berubah cepat. Menahan ngilu, sakit dan penderitaan lainya.

Keluarga Muslim Turut hadir dalam Ritual Sorok Ngi’is. Foto : nagephotoclub.blogspot.com

Setelah melewati banyak penderitaan, anak tersebut diserahkan ke petugas perempuan untuk mengobatinya. Biasanya media yang digunakan untuk meredahkan rasa ngilu adalah dengan mengunyah buah pinang. Jika merasa mulai berkurang, anak tersebut diberi waktu untuk istirahat.

- Advertisement -