Pataheri dimulai setelah seluruh peserta telah berkumpul di rumah adat dan telah mengenakan kostum dan asesoris upacara. Sebelum memulai ritual, masing-masing kepala marga dan tokoh adat akan memakan pinang dan minum sopi. Setelah itu, mereka akan memberikan petuah dan nasihat kepada para peserta.
Para kepala marga dan tokoh adat kemudian akan membawa para peserta ke dalam hutan yang sunyi dan menyiapkan 5 potong bambu sebagai tempat berdiri. Para peserta kemudian akan dipakaikan cawat dan kain berang. Cawat diikat dipinggang dan kemudian ditutupi dengan kain berang yang berwarna merah.
Masing-masing peserta kemudian disiapkan kuskus untuk dipenggal dengan sekali tebas dengan parang yang disiapkan oleh orang tuanya. Kuskus yang telah mati dibawa ke rumah adat dan dimasak oleh ibu-ibu serta disantap bersama pada malam harinya
Para peserta Pataheri akan menerima piring berkat dari orang tuanya sehari setelah pelaksaanaan ritual. Ini melambangkan berkat dan bekal bagi anak-anak saat akan menjalani kehidupan rumah tangga.
Piring berkat dimaknai sebagai perwakilan ungkapan doa dan harapan kepada Tuhan dan leluhur agar anak-anak kelak akan diberkati hingga mampu menjalani rumah tangga.
Beberapa persiapan dalam Pataheri mengalami perubahan yang menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan kemasyarakatan. Dahulu, penyembelihan dilakukan kepada manusia, tetapi kemudian digantikan dengan kuskus.
Selain itu, anak-anak tidak lagi harus menangkap kuskus secara mandiri, tetapi dapat diwakilkan oleh orang tuanya. Pelaksanaan Pataheri juga dipersingkat dari berminggu-minggu menjadi 3 hari. Peralatan untuk membunuh kuskus juga tida lagi bergantung kepada warisan leluhur, tetapi dapat diperoleh dengan membeli di pasar.
Suku Nuaulu meyakini bahwa kain berang dan cawat hanya bisa digunakan oleh anak laki-laki setelah pemakainya melalui Pataheri. Kedua pakaian ini merupakan lambang kedewasaan dan tanggung jawab sebagai masyarakat Nuaulu.
Melalui Pataheri, kedudukan anak laki-laki telah sah menjadi bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab. Setelah ritual ini dilakukan, anak laki-laki telah memperoleh izin untuk membuat keluarga baru.