Ritual Ma’nene telah dilakukan selama ratusan tahun lamanya. Bermula saat seorang pemburu binatang, Pong Rumasek menemukan jasad di tengah jalan. Ia kemudian merawati jasad yang tinggal tulang itu. Ia memakaikan baju yang ia kenakan. Konon saat berburu ia mudah mendapatkan hewan. Bahkan hasil panennya melimpah ruah. Saat itulah ritual Ma`nene diselenggarakan setiap 3 tahun sekali.
Sejarah Adanya Keberadaan Tradisi Ma’nene di Tana Toraja
Mungkin banyak yang merasa penasaran terkait dengan asal muasal dari Tradisi Ma’nene Suku Toraja ini. Tradisi ini merupakan sebuah ritual untuk mengganti pakaian yang ada pada mayat.
Pada awalnya, tradisi ma’nene ini berasal dari seorang yang menjadi pemburu binatang bernama Pong Rumasek. Pong Rumasek mendatangi area hutan yang berada di Pegunungan Balla dan ia menemukan mayat dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.
Melihat kondisi yang kurang baik tersebut, membuat Pong menjadi tergugah untuk membawa dan kemudian memakaian pakaian yang cukup layak untuk mayat tersebut. Kemudian Pong menguburkan pada tempat yang baik dan aman.
Setelah melakukan hal tersebut, Pong merasa bahwa ia banyak mendapat berkah dalam hidupnya. Salah satunya tanaman yang menjadi komoditas utama dari pertanian yang ia lakukan cepat mengalami masa panen.
Selain itu, Pong juga menjadi mudah untuk mendapatkan hewan buruan. Hal ini membuatnya merasa bahwa jasad dari orang yang sudah meninggal tetap layak untuk mendapat perawatan dan juga penghormatan. Masyarakat Baruppu kemudian mewarisinya dan masih terus ada hingga saat ini.