Keris Semar Mesem adalah nama ajian bahasa Jawa di masyarakat Jawa yang terkenal sebagai salah satu ilmu pelet.
Meskipun sesungguhnya bisa digunakan untuk banyak keperluan, semar mesem lebih identik dengan permasalahan asmara atau pengasihan.
Dalam mitologi Jawa, Keris Semar mesem merupakan tokoh kejawen yang digambaran sebagai bapak atau dewa kehidupan ataupun lambang pelajaran hidup bagi umat manusia di Jawa pada masa silam.
Motif dan ukiran
Keris ini merupakan salah satu benda bertuah. Bentuknya pun cenderung berbeda dari keris pada umumnya.
Berbahan logam kuning memiliki ukuran tinggi 6, 5 cm dan lebar 4 cm dan dilengkapi dengan ukiran lafadz-lafadz doa dalam berbahasa Arab.
Motif ukiran pada keris semar mesem yang asli akan tampak lebih usang dibandingkan dengan motif ukiran pada keris yang palsu.
Ritual Keris Semar Mesem
Konon, Semar juga memiliki kekuatan supranatural yang amat dahsyat bagi pemiliknya mulai dari pelet, dagang, pengangkat kewibawaan, penglarisan, dan mampu memikat lawan jenis.
Ritual tirakat untuk ajian Semar Mesem dilakukan dengan menjalani pasa mutih selama tujuh hari, dan membaca mantra setiap malam menjelang tidur sebanyak tujuh kali.
Ritual tirakat terakhir ialah dengan menjalani pasa pati geni, sebuah puasa yang tidak memperbolehkan untuk makan dan minum selama 24 jam.
Pasa pati geni untuk ajian Semar Mesem harus dimulai pada malam Selasa Kliwon, dilakukan di dalam suatu ruangan tertutup tanpa ada cahaya sambil terus membaca mantra Semar Mesem, dan dilarang tertidur sedetik pun.
“Niat ingsun amatek ajiku si semar mèsem… mut-mutanku inten… cahyane manjing pilinganku kiwa lan tengen… sing nyawang kegiwang… apa manèh yèn sing nyawang kang tumancep kumanthil ing telenging sanubariku… ya iku si jabang bayi (sebutkan nama target)”
Terjemahan bahasa Indonesia-nya adalah: “Niatku merapal mantraku si Semar Mesem… emut-emutanku intan… cahayanya (cahaya intan) masuk [ke] pelipisku [bagian] kiri dan kanan… yang melihat [akan menjadi] tergila-gila… terlebih jika yang melihat akan tertancap melekat di relung sanubariku… yaitu si jabang bayi (sebutkan nama target).”