Makna Filosofis 7 Kue Khas Tradisonal dalam Acara Pernikahan Bugis-Makassar

Tersirat pesan-pesan simbolis bagi pasangan pengantin dalam 7 kue khas ini.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Kue Khas pernikahan Bugis makassar. Pernikahan memiliki makna mendalam bagi masyarakat Bugis-Makassar. Segala aspek dalam upacara pernikahan pun demikian. Mulai dari baju pengantin, pelaminan hingga kebiasaan-kebiasaan lainnya. Bahkan termasuk kue yang disajikan untuk tamu.

Hidangan penganan pun sejatinya tak hanya manis atau gurih di lidah, melainkan memberi arti bagi sang pengantin baru, atau mengingatkan kembali makna berumah tangga bagi para tamu.

Lalu apa makna kue yang acap kali ditemui dalam acara pernikahan Bugis-Makassar? Kue Khas pernikahan Bugis makassar.

- Advertisement -

Baruasa’, Lambang Kesetiaan

Baruasa
Baruasa

Baruasa memiliki pengaruh Belanda, dikenal sebagai kue gurih dengan rasa manis di lidah. Bahan utamanya yakni tepung beras, kelapa parut sangrai yang sudah dicampur gula merah. Saat dipanggang, kue akan berwarna cokelat serta menguarkan aroma khas, tergantung dari jenis gula yang digunakan.

Baruasa bisa tahan hingga satu bulan meski tak mengandung bahan pengawet. Ini berhubungan dengan filosofi pernikahan, yakni agar usia rumah tangga pasangan bisa abadi hingga maut memisahkan.

- Advertisement -

Ajoa, Berlambang Saling Dukung

Ajoa
Ajoa. Int

Terinspirasi dari alat yang menyatukan leher dua kerbau pembajak sawah, kue ajoa memiliki paduan rasa manis, lembut dan renyah. Terbuat dari tepung beras, adonan yang sudah digoreng kemudian ditaburkan gula pasir halus sebagai pemanis untuk rasa dan tampilan.

Kue ajoa ini bermakna bahwa pasangan suami-istri harus saling membantu dan mendukung satu sama lain demi satu tujuan, layaknya kerbau yang bertugas membantu petani. Ajoa pun bak pengingat bahwa rumah tangga membutuhkan perencanaan serta upaya menyelesaikan masalah bersama-sama.

Cucuru’ Bayao, Bermakna Keluarga yang Bahagia

Cucuru' Bayao
Cucuru’ Bayao

Kue cucuru’ bayao ini punya rasa manis yang kuat. Bahan bakunya adalah tepung beras, puluhan kuning telur, kacang kenari sebagai isi serta gula pasir. Teksturnya lembut seperti adonan bolu, rasa manis tambahan berasal dari air gula yang menyerap ke dalam kue.

- Advertisement -
Baca Juga :  Sejarah Gedung Kesenian Makassar, Simbol Kebudayaan di Makassar

Rasa manis cucuru’ bayao disebut sebagai harapan bagi pasangan yang menikah agar kehidupan rumah tangga mereka dipenuhi rasa manisnya memadu kasih serta kebahagiaan. Konon, perempuan lajang yang memakan kue ini di pesta pernikahan, akan segera betemu jodohnya.

Sikaporo’ Bermakna Harapan

Sikaporo'
Sikaporo’

Sekilas, penampilannya seperti puding, kan? Bisa dimaklumi karena warna sikaporo’ ini cukup cerah di mata. Rasanya tak terlalu manis, lantaran jumlah gula pasir yang dipakai hanya sedikit. Bahan lain yakni putih telur, tepung beras, santan kental, pasta pandan dan agar-agar. Saat dikunyah, sikaporo’ terasa lembut di mulut.

Nah, sikaporo’ ini mengandung filosofi sebagai harapan bahwa pasangan suami-istri yang mantap membina rumah tangga akan berperangai lembut satu sama lain. Orang Makassar yakin bahwa kelembutan dan kasih sayang jadi pilar utama membangun keluarga yang harmonis.

Ka’tirisala Bermakna Suka Duka Berumah Tangga

Ka'tirisala
Ka’tirisala

Kue tradisional ini memiliki bahan dasar beras ketan hitam, gula merah dan telur. Rasanya enak lagi manis. Dibuat dengan cetakan khusus, ka’tirisala terdiri dari dua lapisan. Ketan hitam ada di bagian dasar, sementara lapisan atas berupa campuran gula merah dan telur.

Sebagian orang menyebut dua warna lapisan ka’tirisala mewakili dua sisi hidup berumah tangga nantinya. Ada suka duka, lembut dan kerasnya masalah yang bakal dilalui pasutri. Namun, suami-istri yang menikah diharapkan tabah demi melewati segala ujian.

- Advertisement -