Ceritera tentang Sangkuriang sudah melegenda, tidak hanya di tingkat lokal daerah Bandung atau di daerah Gunung Tangkuban Perahu, tempat kejadiannya. Obyek ini salah satu yang menjadi daya tarik kunjungan wisata alam di Jawa Barat. Letak persisnya, di Cikole, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Lalu bagaimana kisah legenda ini? Bila disinggung tentang Gunung Tangkuban Perahu, tidak akan terlepas dari cerita Legenda Sangkuriang. Menurut ceritera rakyat setempat, hingga nama Gunung Tangkuban Perahu berkaitan dengan legenda Sangkuriang, berikut kisahnya.
Cerita tersebut berawal dari seorang dewa dan dewi yang terusir dari kayangan, turun ke dunia karena kesalahan yang dibuatnya. Keduanya dihukum untuk berbuat kebaikan di bumi.
Keduanya dihukum dengan bentuk seekor babi hutan dan seekor anjing. Babi hutan, jelmaan sang dewi bernama Wayung Hyang, sedangkan anjing jelmaan sang dewa itu bernama Tumang.
Wayung Hyang berusaha melakukan berbagai kebaikan di dalam sebuah hutan. Tumang, yang berubah jadi anjing, mengabdi sebagai anjing pemburu pada seorang raja yang bernama Sumbing Perbangkara.
Suatu hari, Raja Sumbing berburu ke hutan di tepi kerajaan. Sebuah tempat yang dekat dengan tempat tinggal Wayung Hyang. Sumbing ingin membuang air kecil. Dia lalu kencing tanpa disengaja dan kencingnya tertampung di batok kelapa. Wayung Hyang yang kehausan, lalu meminum air di batok pelapa itu. Tak disangkanya, dia hamil.
Sumbing kembali berburu ke tempatnya yang lalu. Dia mendengar tangisan seorang bayi perempuan yang tak lain anaknya sendiri. Terpikat dengan paras sang bayi yang cantik, Sumbing membawa bayi itu pulang, kemudian mengangkatnya sebagai anak. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi tumbuh menjadi dewasa dan semakin berparas elok. Kecantikannya kesohor di kerajaan-kerajaan. Hingga terdengar kabar oleh raja-raja dan pengeran. Dia pun diperebutkan dengan perang yang terjadi dimana-mana.
Karena merasa tidak enak dengan kejadian tersebut, Dayang Sumbi meminta pamit kepada ayahnya, untuk pergi menyendiri dan keluar dari kerajaan. Ayahnya, Sumbing mengizinkan. Dan memberikan si Anjing Tumang untuk menemaninya.
Dayang Sumbi tinggal di sebuah pondok di tepi hutan. Kehidupannya sederhana. Di pondok itu, dia mengisi kegiatannya dengan menenun.
Suatu hari, saat menenun di bale-bale, dia tertidur karena merasa mengantuk sekali. Tak dirasanya, alat tenunnya yang disebut torak, jatuh ke lantai. Dia malas untuk turun mengambil toraknya.
Dia pun bersumpah, dia akan menikahi siapa pun yang mengambilkan toraknya. Tumang, si Anjing yang ditugaskan menemaninya, yang mangambilkan toraknya. Karena sudah sumpahnya, Dayang Sumbi pun menikah dengan Tumang.
Raja Sumbing Perbangkara yang mendapat kabar tersebut, sangat malu. Putrinya yang sangat cantik, menikah dengan seekor anjing. Bahkan sudah tengah mengandung. Kedua pasangan suami istri itu, akhirnya disingkirkan dari pondoknya.
Dayang Sumbi tahu, kalau Tumang, si anjing itu adalah jelmaan seorang dewa. Setiap menjelang purnama, Tumang menjelma menjadi seorang lelaki tampan. Dayang Sumbi pun melahirkan seorang anak lelaki. Rambutnya lebat legam seperti arang dan diberinya nama Sangkuriang.
Dalam pertumbuhannya, Sangkuriang mahir memanah. Suatu hari, ibunya memintanya pergi berguru rusa. Dia ingin sekali menyantap daging rusa. Sangkuriang pun pergi, ditemani ayahnya, Tumang.
Tiba-tiba, Sangkuriang meihat babi hutan Wayung Hyang melintas. Berusaha dipanahnya, namun meleset. Diperintahkan ayahnya, Tumang untuk mengejar babi hutan itu. Namun Tumang tak bergeming, karena mengetahui bahwa babi hutan itu jelmaan sang dewi.
Sangkuriang marah, dia menakut-nakuti Tumang dengan mengancam memanahnya. Tak disangkanya, anak penahnya, lepas mengenai tubuh ayahnya. Tumang pun tewas. Merasa ketakutan, Sangkuriang mengambil hati Tumang, membawakan pulang ke ibunya. Ibunya bertanya, dimana ayahnya. Sangkuriang mengatakan sejujurnya, ayahnya tewas dengan anak panahnya sendiri.
Dayang Sumbi murka. Diambilnya centong nasi, lalu dipukulkan ke kapala Sangkuriang, dan terluka sangat parah. Sangkuriang lari, meninggalkan ibunya. Dayang Sumbi yang menyesal karena tinggal sendirian, lalu bertapa. Hasil pertapaannya, dia dkaruniai umur panjang dan awet muda, menjadi seorang wanita cantik dan tak dimakan usia.
Bertemu Kembali Ibunya
Suatu ketika, dalam pengembaraannya, Sangkuriang yang sudah menjadi pemuda, bertemu dengan Dayang Sumbi. Dia perpesona melihat kecantikan Dayang Sumbi, hingga jatuh cinta.
Sangkuriang ingin menikahi Dayang Sumbi yang cantik. Keduanya sudah saling jatuh cinta. Suatu saat, Dayang Sumbi menemukan bekas luka di kepala Sangkuriang. Dia teringat, persis luka yang ada di kepala anaknya. Dayang Sumbi yakin, kalau Sangkuriang adalah anaknya.
Setelah Dayang Sumbi mengetahui hal itu, dia marah dan naik pitam, hingga memukul kepala Sangkuriang dengan centong nasi, sehingga kepalanya luka dan berdarah. Akhirnya Sangkuriang melarikan diri dari rumahnya dan tidak kembali.
Setelah beberapa tahun kemudian, Sangkuriang menjadi seorang pemuda tampan, kuat, sakti mandraguna. Dia kembali bertemu Dayang Sumbi yang tak lain adalah ibunya. Namun Sangkuriang tidak percaya, kalau itu ibunya. Sebab terlihat muda dan cantik.
Sangkuriang nekat menikahi Dayang Sumbi/Rarasati. Wanita cantik itu pun tidak menolak untuk dinikahi pemuda tampan itu. Hanya saja, Dayang Sumbi memberi syarat, Sangkuriang harus membuat telaga dan perahu yang harus selesai dalam semalam.
Sangkuriang sadar, usahanya untuk memenuhi syarat tersebut, pasti gagal. Dia pun marah dan menendang perahu yang dibikinnya itu, sehingga merapat dalam keadaan terbalik. Perahu itulah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Perahu.
Area Gunung Tangkuban Perahu ada taman wisata alam dan beberapa lagi daya tarik lainnya. Pemandangan alamnya yang indah, area permainan outbound. Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, Kawah Domas.
Letak persisnya semua obyek itu di Cikahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Akses jalannya bagus.