Ka Sa’o, Upacara Mambangun Rumah Adat Ngada

Masyarakat Ngada menyakini bahwa kehidupan di dunia fana, tidak terlepas dari keberadaan leluhur. Keyakinan itu tercermin dari budaya, maupun rumah dan kampung mereka. 

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Setelah itu, pemilik rumah beserta keluarga akan masuk ke dalam Sa’o Pu’u dan Sa’o Lobo untuk meminta restu leluhur. Kemudian, kerbau yang telah disiapkan akan dipotong oleh petugas yang sudah direstui leluhur.

Darah kerbau yang telah dipotong, dipercikan ke Ngadhu sebagai bentuk persembahan kepada leluhur pertama dari suku tersebut. Selain kerbau, babi yang telah disumbangkan oleh kerabat, juga dipotong pada hari itu.

- Advertisement -

Daging kerbau dan babi, kemudian dipotong dan dimasak setengah matang. Yang nantinya akan dibagikan kepada seluruh tamu yang hadir pada upacara Ka Sa’o. Sebelum pembagian itu, biasanya diawali dengan Bhodo.

Nasi yang sudah dimasak untuk disimpan, diarakan keliling Ngadhu Bagha, disimpan di tengah.

Usai nasi dan daging dibagikan kepada seluruh warga kampung, acara ditutup dengan pelemparan nasi kepada istri pemilik rumah. Hal ini adalah bentuk rasa syukur, karena upacara telah berjalan dengan lancar atas izin leluhur.

- Advertisement -

Hari ketiga merupakan penutup upacara Ka Sa’o melalui ritual Klaniau. Yang diikuti oleh keluarga tuan rumah dan para pekerja yang telah membantu untuk membangun Sa’o. Pemilik rumah akan memutar buah kelapa, yang kemudian dibelah sembari merapal sajak adat.

Air kelapa yang masih murni tersebut, akan digunakan untuk bercermin. Jika dapat melihat refleksi wajah dalam air kelapa tersebut, maka jiwa akan kembali suci dan bersih.

Ritual ini juga bertujuan untuk memberikan kesejukan ke dalam rumah. Agar para penghuni dapat selalu hidup dengan rukun dan tentram tanpa perselisihan.

- Advertisement -

Sa’o jadi pusat dari budaya masyarakat Ngada yang kini masih eksis. Keseluruhan proses daur hidup Sa’o melibatkan riwayat, sejarah, dan tradisi. Tak hanya tempat tinggal, Sa’o juga memegang peran penting lembaga adat, tempat penyimpanan pusaka, pusat kepemilikan klan dan tempat bersemayam leluhur.

Baca Juga :  Filosofi Rumah Adat Tongkonan

Seiring waktu, rumah adat terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan budaya dan kebutuhan penghuni.

Keyakinan masyarakat Ngada bahwa leluhur senantiasa hadir dalam Sa’o, membuat generasi baru akan selalu memegang nilai-nilai yang telah ditanamkan leluhur.

Tiap anggota keluarga atau klan, akan saling menjaga, membantu, dan berkontribusi untuk melestarikan budaya dan tradisi. Sa’o, dengan seluruh proses daur hidupnya, adalah sebuah bentuk kecintaan masyarakat adat pada leluhur. Sehingga, Sao’ akan tetap menjadi pusat kebudayaan masyarakat Ngada.

- Advertisement -