Filosofi Rumah Adat Berugaq Sekenam, ‘Sekolah’ Suku Sasak

Berugaq Sekenam dibangun mirip dengan berugaq sekepat, perbedaannya hanya pada jumlah tiangnya sebanyak enam buah dan hanya boleh dibangun di bagian belakang rumah utama. 

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Rumah Adat Berugaq Sekenam. Suku Sasak adalah suku asli di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sistem budaya Suku ini dapat ditemukan dalam kitab Nagara Kartha Gama karya Empu Nala dari masa kerajaan Majapahit. Kitab tersebut mencatat informasi tentang sistem budaya suku ini.

Dari kitab itu dikisahkan bahwa sejak dahulu, sistem budaya Suku Sasak telah mapan, dan memiliki kemampuan untuk menjaga serta melestarikan tradisi. Bukti kelestarian kebudayaan Sasak dapat dilihat dari bentuk rumah adat yang masih lestari hingga saat ini.

Salah satunya rumah adat Barugaq Sekenam. Saat anda berkunjung ke pemukiman suku sasak di lombok, kamu akan menemukan baruga ini. Berugaq Sekenam jadi satu dari beberapa rumah adat suku Sasak Lombok yang memiliki bentuk menyerupai gazebo, dengan atap dari daun kelapa atau jerami.

- Advertisement -

Bentuk rumah adat ini seperti rumah panggung tanpa dinding dan ditopang enam pilar yang terbuat dari kayu yang dibangun tanpa paku.

Rumah Adat Berugaq Sekenam memang didesain dengan mempertimbangkan kondisi alam sekitarnya. Bahan bangunan yang digunakan, seperti bambu dan daun kelapa, adalah sumber daya alam lokal yang melimpah. Hal ini mencerminkan filosofi keberlanjutan dan keseimbangan dengan lingkungan.

Struktur bangunan Rumah Adat  seperti pilar-pilar dan atap yang miring juga memiliki makna simbolis. Miringnya atap bisa mencerminkan tangguh dalam menghadapi cuaca ekstrem, sementara pilar-pilar mungkin melambangkan kekokohan dan persatuan dalam masyarakat.

- Advertisement -

Lalu pada Lantai dibuat dari bambu yang dianyam menggunakan tali pintal dengan ukuran rumah 8×3 meter. Biasanya tiap dusun punya satu berugaq sekenam yang digunakan warga untuk acara-acara besar, seperti pernikahan, khitanan, tempat belajar tentang nilai-nilai kebudayaan, tata krama, dan sebagai ruangan berkumpul keluarga

Baca Juga :  Filosofi Rumah Adat Sumba, Warisan Leluhur Ratusan Tahun Lalu

Karena atapnya terbuat dari daun jerami, di waktu senggang Berugaq sekenam digunakan warga sebagai tempat bersantai di siang yang terik, bercengkrama dengan tetangga atau menyambut wisatawan yang baru datang.

Nama “Sekenam” sendiri berarti saka enam, rumah dengan 6 tiang penyangga. Rumah adat ini digunakan untuk menjamu tamu. Dalam tradisi suku sasak lombok, mereka tidak mengizinkan orang asing memasuki rumah mereka. Salah satu keunikan rumah adat adalah jumlahnya yang hanya boleh dibangun satu di setiap dusun.

- Advertisement -

Bangunan ini menjadi lambang keberlanjutan nilai-nilai dan praktik-praktik nenek moyang yang diwariskan dari generasi ke generasi.

- Advertisement -