Filosofi Banua Layuk, Rumah Tradisional suku Mamasa yang Mirip Tongkonan

Banua yang berarti rumah, merupakan rumah tradisional yang dimiliki masyarakat Mamasa, yang fungsinya bukan hanya sebagai tempat bertedu, tetapi juga untuk melakukan adat ritual, serta tempat untuk memelihara ternak.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Bentuk bangunan Banua Layuk sangat simetris dan seimbang antara kanan-kiri. Rumah ini dibangun dengan memperhitungkan prinsip keseimbangan terlihat melalui bagian-bagian yang berpasangan.

Atap Banua Layuk dibuat dari kayu uru’ yang dianyam dan memuncak kedepan mengarah pada Tanete Karua (utara). Bentuk atap menyerupai perahu dan ini ada kaitannya dengan sejarah leluhur nenek moyang masyarakat Mamasa, sehingga semakin memuncak kedepan melambangkan keagungan terhadap Sang Pencipta. Proporsi atap yang dominan pada Banua, melambangkan atap sebagai pelindung, “langit terkembang” menaungi penghuni rumah.

Banua Layuk
Banua Layuk

Badan Banua Layuk dimulai dari Timbak Layuk . Timbak Layuk dipasang paling atas dari badan rumah dengan kemiringan ± 60o . Timbak Layuk merupakan dasar bagi rumah tradisional Mamasa. Timbak Layuk ini terdapat di bagian depan rumah hingga bagian dalam dan dihias dengan ukiran bernama Barana

- Advertisement -

Bentuk Timbak Layuk berkaitan dengan struktur pola tiga sebagai wujud simbol gunung yang bermakna axis mundi, penghubung dualisme langit dan bumi dan menjadi penghubung Dunia Bawah dan Dunia Atas.

Bentuk segitiga sama kaki pada Timbak Layuk dengan garis vertikal maupun horizontal di bagian tengahnya, bermakna hubungan antara Tuhan dan sesama harus terjalin dengan baik.

Timbak Layuk sebagai penghubung dihiasi dengan ukiran bernama Barana, simbol penjaga masyarakat. Terdapat pula daun beringin. Bagi masyarakat Mamasa , beringin sangat dikeramatkan dan dianggap sebagai tempat suci untuk penyembahan kepada dewa-dewa.

- Advertisement -

Kepala kerbau/Tedong diletakkan di depan Banua Layuk , hal ini berkaitan dengan pandangan suku Mamasa bahwa kerbau punya peranan penting dalam kehidupan sehari-sehari selain sebagai hewan ternak yang utama. Kerbau menandakan status sosial sebuah keluarga, yang memberi makna kemakmuran.

Terdapat dua kepala kerbau di Banua Layuk , yakni pada Penulak kepala kerbau jantan dan di badan (kale) Banua kepala kerbau betina, keduanya menunjukkan simbol pasangan laki-laki dan perempuan. Maknanya yakni dalam membina sebuah keluarga ada pasangan laki-laki dan perempuan yang menjadi satu kesatuan.

Baca Juga :  Kampung Adat Tuaninu Malaka, Nuansa Tradisional Terjaga Ketat di Sini

Laki-laki sebagai kepala keluarga memberikan peren pada lingkungan sekitar (sosial/masyarakat) sedangkan perempuan mengurus mengurus rumah tangga, hal itu dapat dilihat dengan adanya peletakan kepala kerbau jantan di depan dan betina di belakang. Secara kedudukan dalam rumah tangga, kepala keluarga menduduki peranan penting sebagai pemimpin keluarg sehingga diletakkan di depan.

- Advertisement -

Banua Layuk merupakan jenis rumah panggung, merupakan banua terbesar dibanding dengan banua-banua lainnya. Apabila dilihat staratifikasi sosialnya, yang memiliki Banua Layuk termasuk dalam kasta Tana’ Bulawan yakni “kasta emas” atau bangsawan tinggi yang kaya dan layak menjadi pemimpin. Bagian-bagian dalam Banua Layuk dapat dijelaskan sebagai berikut.

Bagian bawah atau kolong rumah digunakan untuk menyimpan hewan peliharaan seperti tedong (kerbau), ataupun babi. Stuktur konstruksi Banua Layuk ialah interlocking saling mengunci satu sama lain, yang memberi makna kesatuan masyarakat melalui nilai gotong-royong yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Mamasa.

Banua Layuk tidak memiliki pondasi-pondasi dari semen seperti rumah masa kini, tetapi beralaskan/bertumpu pada batu yang cukup besar dan kuat, diletakkan di setiap bagian yang menjadikan Banua tahan terhadap guncangan.

- Advertisement -