Kampung Adat Tuaninu Malaka, Nuansa Tradisional Terjaga Ketat di Sini

Perkampungan adat tersebut sudah ada sejak dua abad sebelum masehi atau sudah berdiri selama 200 tahun dan masih terjaga keaslian serta tradisi yang di percayai.

Mau nulis? Lihat caranya yuk!
Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia!

Letaknya berada di Desa Kusa, Malaka Timur. Kampung adat eksotis itu berada di atas bukit diapit benteng batu yang kokoh. Menurut tokoh Adat, dahulu bumi dipenuhi air, seluru daratan dibumi tenggelam. Setelah berlayar jauh, perahu nenek moyang mereka karam pada bukit tersebut. Karena alasan itulah atap rumah Adat Tuaninu berbentuk seperti perahu terbalik.

Masyarakat adat lalu membangun rumah dan diberi nama Kapitan Ronda. Kampung ini memiliki sekitar 11 rumah adat. Dari jumlah itu, 2 rumah konon dihuni makhluk gaib.

Saat kamu mengunjungi Kampung Adat Tuaninu, kamu akan terpukau dengan kecantikannya. Kampung ini dihuni sekitar  33 kepala keluaraga  yang berprofesi sebagai petani.

- Advertisement -

Salah satu kecantikan kampung adat Tuaninu yaitu lima rumah adat dari suku besar dari  wilayah kerajaan kusa. Kelima rumah adat itu diberi nama rumah uim reu kapitan meo, reu uim runat, reumnasi, reu ium pakaemnasi kapitan ronda.

Kampung Adat Tuaninu dibangun dengan memperhitungkan bagian elemen penting. Salah satunya gerbang utama  yang ditumbui rimbun pohon beringin di sekitarnya. Warga Tuaninu percaya bila di bawah rimbunnya beringin itu, ada seekor kerbau gaib yang berkubang sebagai penjaga pintu utama perkampungan. Karena alasan itulah, ritual adat akan dimulai dari gerbang utama tadi.

Menyelusuri lebih dalam, kamu akan menemukan  Rumah Adat Laku Leik.  Didalam rumah adat itu terdapat telur buaya putih. Dari cerita yang berkembang, konon telur sakti itu bisa berubah menjadi tentara perang.

- Advertisement -

Didalam rumah adat itu juga terdapat pedang pusaka yang jika dihunus akan mengeluarkan bunyi seperti lonceng. Untuk bisa melihat kedua benda itu,  kamu harus mengikuti aturan adat yang berlaku, memakai kain tenun asli kapas.

Baca Juga :  Kamomose, Tradisi Mencari Jodoh Masyarakat Buton Usai Rayakan Idul Fitri

Tak jauh dari Rumah Adat Laku Leik, berdiri Rumah Adat Kapitan Ronda yang dijadikan tempat menyimpan kunci kapal, pakaian kerja nahkoda dan timbangan.

Upacara Adat

Keu Onaf adalah tahapan akhir dari pembuatan atau renovasi rumah adat (Maun Meo).

- Advertisement -

Upacara ini dilakukan untuk menggantikan peralatan rumah suku yang sudah rusak, seperti Tub Lor atau tempat penyimpanan padi, Tanasak Lor (tempat sirih daun dan pinang pemali), dan penggantian daun kelapa.

Upacara ini akan dilangsungkan tiga tahun sekali yang diawali dengan mengganti dudukan tempat penyimpanan peralatan rumah adat dalam keadaan baru.

Keu Onaf adalah tahapan akhir dari pembuatan atau renovasi rumah adat (Maun Meo).

Dua hari menjelang upacara, anggota suku akan mengundang 10 suku besar di dalam Kerajaan (Sonaf) Tesa/Kusa. Pemilik rumah adat (Reu Tuaf) membawa padi ladang kering untuk ditunjukan di “suku Mesid”.

Setelah matahari terbenam, padi tersebut mulai ditumbuk dan dimasak. Kemudian pemuka adat akan menyampaikan doa dan menyembelih babi sebagai persembahan kepada leluhur.

Anggota keluarga suku menerima makanan pertama sebagai simbol kekuatan baru bagi anggota keluarga di dalam rumah pemali. Setelah “Sium Utup” anggota suku dalam Kerajaan Tesa/Kusa makan bersama dan kembali ke rumah masing-masing.

- Advertisement -