Asal Usul Jong Jawa, Kapal Terbesar dalam Sejarah Maritim Nusantara

Siapa yang tidak mengenal nama-nama seperti Marco Polo, Christopher Columbus, Vasco da Gama, Ferdinand Magellan, James Cook, dan Hernan Cortes? Para penjelajah asal Eropa ini tercatat dalam buku-buku sejarah berkat pencapaian mereka dalam menaklukkan samudra dan menjelajahi benua.

Bagikan keindahan Indonesia yang ada disekitarmu di Dimensi Indonesia! Selengkapnya
X

Evolusi dan Penggunaan Jong dalam Perang

Selama era kerajaan-kerajaan Jawa, seperti Majapahit, Kesultanan Demak, dan Kesultanan Kalinyamat, jong juga digunakan sebagai kapal perang. Kapal-kapal ini menunjukkan desain yang berbeda dari kapal lain di Asia Timur, seperti jong Tiongkok.

Jong Jawa dibuat dengan kayu jati yang tebal, sedangkan jong Tiongkok menggunakan kayu lunak sebagai bahan utamanya. Kapal-kapal jong Jawa diperbaiki dengan menambahkan papan baru yang dilapisi dengan tali pengikat, dan layarnya dibuat dari anyaman rotan.

Selama abad ke-10 hingga abad ke-14, jong Jawa menjadi simbol kekuatan maritim Nusantara. Adaptasi desain jong juga dilakukan oleh pelaut Melayu dan Peguan serta pengaruhnya meluas hingga Asia Timur. Meskipun terdapat dua jenis utama, yaitu jong Jawa dan jong Tiongkok, jong Jawa lebih dikenal karena kualitas konstruksinya yang tahan lama dan kemampuannya mengarungi lautan luas.

- Advertisement -

Lambung Jong Jawa

Lambung jong Jawa dirancang dengan metode konstruksi yang sangat khas. Papan-papan kapal disambungkan ke lunas, kemudian diikat satu sama lain menggunakan pasak dan paku kayu, serta diperkuat dengan baut atau paku besi.

Kapal ini memiliki desain yang simetris dengan ujung yang sama-sama lancip di kedua sisi, dilengkapi dua kemudi yang menyerupai dayung. Jong Jawa menggunakan layar tanja serta layar jung, jenis layar yang berasal dari Nusantara.

Desain ini berbeda jauh dengan kapal Tiongkok, yang lambungnya diikat menggunakan tali dan paku besi ke rangka serta sekat untuk memisahkan ruang kargo. Kapal Tiongkok memiliki kemudi tunggal di buritan dan bagian bawah kapal yang datar tanpa lunas.

- Advertisement -
Jong Jawa
Jong jawa dalam relif candi

Keterangan Duarte Barbosa tentang Kapal Jawa

Duarte Barbosa, seorang juru tulis dan perwira Portugis, mencatat keunikan jong Jawa yang disebutnya junco. Kapal ini memiliki empat tiang layar, berbeda dari kapal Portugis pada masanya. Kapal-kapal Jawa dibuat dari kayu jati tebal yang tahan lama.

Baca Juga :  Asal Mula Kain Adat Sawu, Muji Babr dan Lou Babo

Saat kapal mulai menua, orang Jawa memperbaikinya dengan menambahkan lapisan papan baru, sehingga bisa memiliki tiga hingga empat lapisan papan penutup. Tali dan layar jong terbuat dari anyaman rotan yang kuat.

Barbosa juga melaporkan bahwa kapal-kapal ini membawa berbagai barang dagangan, seperti beras, daging sapi, domba, babi, rusa (baik dalam bentuk segar, kering, maupun diasinkan), ayam, bawang putih, dan bawang merah. Senjata yang diperdagangkan meliputi tombak, belati, dan pedang dengan logam berornamen serta baja berkualitas tinggi.

- Advertisement -

Rute Perdagangan dan Kehidupan di Atas Kapal

Kapal-kapal jong Jawa berlayar ke berbagai tempat, termasuk Maluku, Timor, Banda, Sumatra, Melaka, Tiongkok, Tenasserim, Pegu, Benggala, Pulicat, Koromandel, Malabar, Cambay, Aden, Maladewa, Calicut, Oman, dan Laut Merah. Penumpang kapal sering membawa serta istri dan anak-anak mereka. Beberapa bahkan lahir, hidup, dan meninggal di atas kapal, menjadikan kapal sebagai rumah satu-satunya.

Dari catatan sejarah, diketahui bahwa kapal dari kayu jati dapat bertahan hingga 200 tahun. Hal ini menunjukkan kualitas luar biasa dari material dan teknik pembuatannya.

- Advertisement -